Kontrak perminyakan antara Host Country (HC) dengan Contractor (bisa International Oil Companies (IOCs), National Oil Companies (state maupun private companies) dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: Concession (belakangan lebih popular dengan istilah Royalty/Tax disingkat R/T, Production Sharing Contract (PSC), kadang disebut juga Production Sharing Arrangement (PSA) dan terakhir Service Contract. Setiap negara tentu punya alasan jenis kontrak mana saja yang akan dipilih, tidak heran kalau suatu negara bisa saja punya lebih dari satu macam model kontrak, malah bisa saja 3 jenis kontrak tersebut tersedia.
Pertanyaan yang sering muncul, model mana yang paling baik? R/T sama PSC/PSA bagus mana? Kenapa Risk Contract dipilih oleh beberapa negara tertentu?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat obyektif dan motivasi dari pelakunya, yaitu: HC dan Contractor.
Obyektif HC antara lain: meningkatkan pendapatan Negara, mendorong kegiatan eksplorasi dalam rangka menambah jumlah cadangan, kontrol terhadap asset migas, tenaga kerja, transfer teknologi dan lain lain ya, eh iya, sebelum lupa, yang juga penting, khususnya sekarang sekarang nih: meminimalkan kemungkinan timbulnya masalah lingkungan dari kegiatan tersebut. Harus hati hati benar, bisa panjang urusannya ini..!
Terus, Obyektif nya IOC apa ya? antara lain nih: tentu yang pertama memperoleh akses terhadap resource tersebut, menambah cadangan, optimisasi portofolio (ini luas nih, urusannya return dan risk), dan lain lain, tambahin sendirilah.. masih banyak sich ya..
Pertanyaan: R/T sama PSA bagus mana? Menarik melihat kasus Rusia, perdebatan berkepanjangan mengenai hal ini telah terjadi, masing masing kubu punya pendukung (dan modal) tentunya untuk membuat opini public mengenai apakah PSA bisa di adopsi oleh Rusia. Kubu anti PSA dengan modal tidak sedikit melakukan kampanye anti PSA di mass media. Slogan nya “Sharing and Starving”.. wah boleh juga provokasinya he he.
Apa kata pakar? Saya sempat berdiskusi dengan Dr. Pedro van Meurs (salah satu pakar petroleum fiscal system) yang sekarang menjadi konsultan terkenal, kompetitornya si Daniel Johnston. Dalam suatu kunjungannya ke Vienna awal Juni 2006, saya manfaatkan untuk mengundangnya ke kantor, mumpung gratis, karena kalau ngundang dia dalam kapasitasnya sebagai konsultan, ya mesti bayar, ada hitung hitungannya, ya saya ngundang dia sebagai temanlah (sok akrab), cari yang gratis gratis aja he he..! menurut beliau dan saya kira beberapa pakar lain juga sependapat, kalau saya baca makalah makalah mereka, artinya mau PSC kek mau R/T kek, nggak ada bedanya, artinya kita bisa mendisain suatu fiscal system yang memberikan keekononian yang sama persis, regardless bentuk kontraknya. Jadi tidak bisa dikatakan PSC memberikan keekonomian yang lebih baik dari R/T atau sebaliknya. Kalau gitu, Contractor suka R/T apa PSC? ya suka R/T lah, pertama dari title of petroleum transfer, R/T lebih baik bagi Contractor, dan intervensi pemerintah di R/T tidak begitu ketat, bukan berarti si Contractor bisa semena mena, ya tetap ada proses persetujuan juga, cuma dari sisi administrasi secara umum lebih simpel.
Dari sisi HC pilih mana R/T atau PSC? ada trend bahwa banyak negara yang dulunya kontraknya R/T pindah menjadi PSC (khususnya Negara Negara di Middle East dan Africa), bukan berarti tidak ada yang pindah dari PSC ke R/T, ada juga, misalnya Colombia, model mereka dulunya PSC sekarang malah ngeluarin sistem R/T, salah satu tujuannya ya menarik investor juga. Ada yang kekeh pake R/T terus dari dulu, yang ini contohnya Brazil.
Bagaimana dengan Risk Service Contract?, cukup menarik sebenarnya model ini, problem utamanya bisa nggak Contractor booking reserves, karena model ini secara umum Contractor memperoleh fee (fee based) jadi timbul problem pada saat dia akan mem- book reserves. Iran dikenal dengan model kontrak ini (terkenal dengan sebutan Iran Buyback model), kenapa Iran pilih model ini? karena buat Iran model ini cuma satu satunya pilihan, R/T maupun PSC tidak diperkenankan berdasarkan legislation disana. Venezuela juga pake Service Contract.
Sebenarnya bagi IOCs, model kontrak nggak penting penting amat, suka suka HC lah mau pilih modelnya, bagi mereka yang penting project economicsnya gimana (tentu ini determinant utamanya prospectivity dari area/lock yang ditawarkan), risk nya gimana, udah cukup. Apakah kita perlu ganti model? Saya kira PSC sudah cukup ok, mungkin untuk lapangan lapangan tertentu yang less risky, bisa di adopsi model Service Contract, sebenarnya juga ini bukan barang baru buat kita, project TAC dulu, ya modelnya model Service Contract juga sich. Kita sudah terlanjur dikenal dengan pioneer PSC, harusnya tidak berhenti sampai disitu, setelah pioneer, ya innovator PSC lah.. ya nggak?
Pertanyaan yang sering muncul, model mana yang paling baik? R/T sama PSC/PSA bagus mana? Kenapa Risk Contract dipilih oleh beberapa negara tertentu?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat obyektif dan motivasi dari pelakunya, yaitu: HC dan Contractor.
Obyektif HC antara lain: meningkatkan pendapatan Negara, mendorong kegiatan eksplorasi dalam rangka menambah jumlah cadangan, kontrol terhadap asset migas, tenaga kerja, transfer teknologi dan lain lain ya, eh iya, sebelum lupa, yang juga penting, khususnya sekarang sekarang nih: meminimalkan kemungkinan timbulnya masalah lingkungan dari kegiatan tersebut. Harus hati hati benar, bisa panjang urusannya ini..!
Terus, Obyektif nya IOC apa ya? antara lain nih: tentu yang pertama memperoleh akses terhadap resource tersebut, menambah cadangan, optimisasi portofolio (ini luas nih, urusannya return dan risk), dan lain lain, tambahin sendirilah.. masih banyak sich ya..
Pertanyaan: R/T sama PSA bagus mana? Menarik melihat kasus Rusia, perdebatan berkepanjangan mengenai hal ini telah terjadi, masing masing kubu punya pendukung (dan modal) tentunya untuk membuat opini public mengenai apakah PSA bisa di adopsi oleh Rusia. Kubu anti PSA dengan modal tidak sedikit melakukan kampanye anti PSA di mass media. Slogan nya “Sharing and Starving”.. wah boleh juga provokasinya he he.
Apa kata pakar? Saya sempat berdiskusi dengan Dr. Pedro van Meurs (salah satu pakar petroleum fiscal system) yang sekarang menjadi konsultan terkenal, kompetitornya si Daniel Johnston. Dalam suatu kunjungannya ke Vienna awal Juni 2006, saya manfaatkan untuk mengundangnya ke kantor, mumpung gratis, karena kalau ngundang dia dalam kapasitasnya sebagai konsultan, ya mesti bayar, ada hitung hitungannya, ya saya ngundang dia sebagai temanlah (sok akrab), cari yang gratis gratis aja he he..! menurut beliau dan saya kira beberapa pakar lain juga sependapat, kalau saya baca makalah makalah mereka, artinya mau PSC kek mau R/T kek, nggak ada bedanya, artinya kita bisa mendisain suatu fiscal system yang memberikan keekononian yang sama persis, regardless bentuk kontraknya. Jadi tidak bisa dikatakan PSC memberikan keekonomian yang lebih baik dari R/T atau sebaliknya. Kalau gitu, Contractor suka R/T apa PSC? ya suka R/T lah, pertama dari title of petroleum transfer, R/T lebih baik bagi Contractor, dan intervensi pemerintah di R/T tidak begitu ketat, bukan berarti si Contractor bisa semena mena, ya tetap ada proses persetujuan juga, cuma dari sisi administrasi secara umum lebih simpel.
Dari sisi HC pilih mana R/T atau PSC? ada trend bahwa banyak negara yang dulunya kontraknya R/T pindah menjadi PSC (khususnya Negara Negara di Middle East dan Africa), bukan berarti tidak ada yang pindah dari PSC ke R/T, ada juga, misalnya Colombia, model mereka dulunya PSC sekarang malah ngeluarin sistem R/T, salah satu tujuannya ya menarik investor juga. Ada yang kekeh pake R/T terus dari dulu, yang ini contohnya Brazil.
Bagaimana dengan Risk Service Contract?, cukup menarik sebenarnya model ini, problem utamanya bisa nggak Contractor booking reserves, karena model ini secara umum Contractor memperoleh fee (fee based) jadi timbul problem pada saat dia akan mem- book reserves. Iran dikenal dengan model kontrak ini (terkenal dengan sebutan Iran Buyback model), kenapa Iran pilih model ini? karena buat Iran model ini cuma satu satunya pilihan, R/T maupun PSC tidak diperkenankan berdasarkan legislation disana. Venezuela juga pake Service Contract.
Sebenarnya bagi IOCs, model kontrak nggak penting penting amat, suka suka HC lah mau pilih modelnya, bagi mereka yang penting project economicsnya gimana (tentu ini determinant utamanya prospectivity dari area/lock yang ditawarkan), risk nya gimana, udah cukup. Apakah kita perlu ganti model? Saya kira PSC sudah cukup ok, mungkin untuk lapangan lapangan tertentu yang less risky, bisa di adopsi model Service Contract, sebenarnya juga ini bukan barang baru buat kita, project TAC dulu, ya modelnya model Service Contract juga sich. Kita sudah terlanjur dikenal dengan pioneer PSC, harusnya tidak berhenti sampai disitu, setelah pioneer, ya innovator PSC lah.. ya nggak?
Saya jadi inget zaman kuliah dulu, biasanya yang nyontek PR nilainya lebih bagus dari yang dicontek, karena disini ada unsur "modification", sambil nyalin contekan, dibagus bagusin dikitlah, tambah tambah apa kek, ngulang ngulang diketahui gitu gitu.. ya ada tambahan nilailah dari dosennya.... inovasi juga itu ha ha. Kembali ke Kontrak Perminyakan, PSC kita khan nomor satu dulu, belum ada yang pake, kita udah duluan, jadi referensi dimana mana, dicontek sama negara negara laen, di modifikasi dikit dikit, tambahin sliding scale, tambahin profit based macem macem.. ya begitulah kalau yang nyontek agak cerdas he he..!
1 comment:
Post a Comment