Thursday, October 16, 2008

Harga Minyak & Main Yo-Yo

Harga minyak bulan ini cenderung terus merosot tajam, setelah sempat ke level 140 - 150 $/Bbl bulan Juli, ternyata dalam waktu 2 bulan (sempat) jatuh ke level dibawah 80 $/bbl.

Saya masih ingat ketika harga minyak terus meningkat dari 100 $/bbl pada awal tahun 2008, semua orang sibuk memperkirakan harga minyak akan segera menjadi 200 $/bbl, bahkan ada sebuah majalah di amrik sana yang menulis, harga minyak akan mencapai 500 $/bbl tahun depan!!

Saya dari dulu tidak pernah tertarik meramal harga minyak, karena semakin ditebak, semakin bingung kita. Kalau kita (kebetulan) benar, kita akan bilang: “dari dulu gua bilang apa”.., ketika tebakan salah?, kita akan sibuk ngeles he he.

Ada dua hal disini yang cukup penting untuk kita pahami, pertama urusan “supply vs. demand”, kedua urusan “harga minyak”. Dari buku textbook, kita tahu kalau keduanya akan saling mempengaruhi. Apa yang bisa dilakukan oleh para pengamat perminyakan sebenarnya terbatas pada perkiraan supply vs demand, untuk urusan ini, tidak diragukan lagi kemampuan para analis tersebut, level ilmunya relatif samalah, paling paling hasilnya ada perbedaan sedikit diantara para analis/pengamat tersebut. Namun demikian, supply vs. demand assessment tidak langsung merefleksikan harga minyak, karena kita tahu ternyata banyak sekali faktor lain yang berpengaruh diluar itu, sebut saja: “supply vs. demand” untuk minyak bohong2 an alias minyak kertas alias paper market, persediaan minyak di tangki penyimpan, spare capacity, bencana alam/badai, musim (summer/winter), geopolitik, nilai tukar dan persepsi. Bagaimana dengan economic growth? Sebenarnya faktor ini sudah diperhitungkan pada saat melakukan “supply vs. demand” assessment.

Dengan adanya krisis ekonomi dan resesi dunia didepan mata, semua orang sibuk merevisi kembali perkiraan “supply vs. demand” ini, Goldman Sachs baru saja bilang, harga minyak bisa ke level 50 – 75 $/bbl, padahal seinget saya baru kemaren2, analis-nya bilang, harga minyak akan segera ke 200 $/bbl.

Apa yang harus kita petik dari fenomena harga minyak ini adalah bahwa kita harus punya longterm strategi untuk pengelolaan energi yang baik, saya percaya Prof Widjajono Partowidagdo yang berhasil terpilih menjadi anggota DEN (Dewan Energi Nasional), mudah2 an dapat memberi sumbang saran yang dapat didengar oleh pucuk pimpinan bangsa ini.

Harga minyak yang terus turun ini harus kita waspadai, bukan berarti kesempatan untuk menjadi boros energi, kalau ini yang terjadi, musibah lebih besar akan terjadi bagi bangsa kita. Sahabat saya, seorang analis yang malang melintang di dunia perminyakan mengibaratkan, harga minyak ini seperti halnya main yo-yo, semakin kencang anda lempar kebawah, semakin kencang dia akan mantul keatas. Tinggal masalah waktu saja kapan dia mantulnya, dan mudah2 an kita tidak terkaget kaget lagi, ibarat yo-yo tadi, kalau mantulnya kenceng, kena muka lagi, waduh..bakalan berabe..!