Thursday, September 21, 2006

City of books

12 hari di oxford mengikuti oxford energy seminar cukup melelahkan, saya pikir ini seminar yang paling komprehensif yang pernah saya ikuti, apa yang membedakan dengan seminar lainnya nggak lain adalah kualitas pembicaranya, rata rata mereka orang yang sangat kompeten di bidangnya masing masing, reputasinya internasional-lah. Jadwalnya padat karena disamping dengerin presentasi, ada juga tugas kelompok, ada beberapa kasus yang harus diselesaikan, kemudian setiap group harus presentasi. Saking padat jadwalnya, hampir nggak ada waktu buat jalan jalan keliling kota. Kecuali pas weekend break, tapi pas weekend saya milih balik ke wina karena kelamaan ninggalin keluarga, yah mending pulang dulu sehari, partisipan yang berasal dari eropa kebanyakan milih pulang pas weekend, sisanya ke london atau ikut tour keliling colleges di oxford yang jumlahnya cukup banyak.

Apa yang menarik dari oxford?, kalau menurut saya ya kotanya tenang, kolega saya orang meksiko yang sekarang jadi researcher di oxford institute milih keluar dari Pemex (pertaminanya meksiko) karena dia merasa enjoy tinggal di oxford, kalau saya sendiri kayanya nggak lah, kotanya terlalu kecil, tetap enakan tinggal dikampung sendiri, dasar orang kampung he he!. Apa yang menarik lainnya?, sebagai kota pelajar, disini banyak sekali toko buku, jadi pas break makan siang, saya milih kabur, jalan kaki ke kotanya, mending lihat lihat buku, toko tokonya dari luar keliatan sich kecil, tapi pas masuk kedalam, gila gede banget, ada ratusan ribu buku...




Favorit saya Blackwell, ini toko udah lebih 100 tahun umurnya, masuk kedalam lengkap bukunya, khususnya buku buku mengenai: law, social sciences dan medical, kalau engineering nggak begitu banyak. Favorit yang lain yaitu Oxford University Press, bukunya lumayan lengkap, mau tahu buku apa yang paling laku? apalagi kalau bukan serinya oxford dictionary.

Wednesday, September 20, 2006

Oxford Energy Seminar - 5

13 September 2006

Sesi satu oleh Arjun Murti, managing director Goldman, Sachs & Co, judulnya menarik: oil prices and the future: how high is too high?, nama arjun ini belakangan populer di kalangan analis perminyakan karena muncul dengan teorinya yang dia sebut "super spike", dimana dia meramalkan harga minyak akan segera mencapai 105 $/bbl, belakangan dia sedikit merevisi menjadi range antara 80 - 105 $/bbl.

Arjun ini merasa pesimis dari sisi supply, menurut dia sebagian besar lapangan udah mature, otomatis akan turun secara alamiah, kapasitas cadangan (spare capacity) juga sudah nggak ada, beberapa area yang potential untuk meningkatkan produksi akan terkendala dengan masalah politis dan keamanan (geopolitik), oleh sebab itu dia memperkirakan harga minyak bakalan naik. Apa yang dikatakan beliau ini, bertolak belakang dengan apa yang dikatakan Ivo Bozon dari McKinsey yang memberikan presentasi tanggal 5 September minggu lalu. Kalau McKinsey ramalannya harga minyak akan segera turun, karena menurut mereka supply cukup, demand growth nggak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya, beberapa mega project akan segera online, kendala refinery juga akan segera teratasi, so harga minyak akan turun lagi.

Asyik khan rame, kalau semua orang forecastnya sama, malah nggak rame, kalau ini bertolak belakang, baru asyik, siapa yang salah siapa yang benar? bisa aja dua duanya bener, jadi moral ceritanya: "what goes up - must go down", mungkin saat ini masih dalam periode going-up menurut teori super-spike nya si arjun, sementara si ivo ngeliat, sebentar lagi udah mau go down. ..ya boleh boleh aja.. asal ada reasoningnya!.

Sesi kedua oleh Adrian lajous, Direktur Oxford Institute for energy studies, mantan boss nya Pemex. Dia bicara mengenai industri migas di meksiko, spt kita ketahui meksiko ini produksinya termasuk gede, diatas 3 juta barel per hari, jadi 3 kali lebih gede dari produksi kita. Problem utama mereka adalah kurangnya eksplorasi, sejak 5 tahun terakhir (2001 - 2005) praktis tidak ada tambahan cadangan baru. Seperti kita ketahui, bahwa hanya Pemex yang berhak produksi minyak, jadi saat ini IOC masih belum boleh masuk, ada wacana disana untuk mengundang investor lewat model PSC, tapi sejauh ini masih terkendala legislasi. Jadi kelihatan belum akan dibuka untuk umum sementara ini. Pernah ada model servis kontrak, cuma kelihatannya kurang begitu sukses. Sebenarnya, kalau meksiko mau meningkatkan eksplorasi, salah satu alternatifnya ya ngundang IOC lewat mekanisme PSC, tapi kalau legislasinya bilang kaga' boleh, mau diapain broer.!!

Setelah lunch break, sesi siang diisi oleh Yoshiyuki Iwai, Director General, Dept of Natural Resources and Fuel, Jepang. Presentasinya mengenai "new japan energy strategy". Intinya ada lima 1. mengurangi ketergantungan pada minyak bumi (dibawah 40% pada tahun 2030), 2. mempertahankan atau meningkatkan share energi nuklir untuk sektor kelistrikan dari kondisi saat ini sebesar 30 - 40%. 3. meningkatkan efisiensi energi pada level 30% atau lebih pada tahun 2030. 4. mengurangi ketergantungan pada minyak untuk sektor transportasi menjadi dibawah 80%. 5. meningkatkan pengembangan energi diluar jepang melalui rasio kapital domestik per energi impor menjadi 40%. Kemudian dia bahas detail satu per satu bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Menarik, karena jepang ini termasuk consuming country yang penting - pro aktif & kooperatif. Nggak heran untuk oxford energy seminar ini aja, dari 67 orang eserta, berdasarkan warna negara, jepang paling banyak, mereka ada 6 orang. Temen temen saya selama disana ya orang orang jepang ini, karena kok paling cocok kalau diajak jalan jalan he he..

Sesi berikutnya oleh Andrew Gould, Chairman & CEO Schlumberger, judulnya: improving performance - mitigating risk, apalagi kalau bukan membahas pengaruh pengembangan teknologi perminyakan terhadap kinerja lapangan, ya macem macem lah teknologinya, kalau saya sebut satu satu, nanti saya dikirain sales nya schlumberger he he..

Sesi terakhir merupakan presentasi dari masing masing group terhadap kasus kasus yang harus dipilih, lumayan seru!


14 September 2006

Nggak terasa ini hari terakhir!

Sesi pagi berupa diskusi dengan Prof. Robert Mabro, topiknya bebas, silahkan tanya apa aja, seperti biasa, robert akan menjelaskan panjang lebar tentu disertai dengan humornya yang khas.

Sesi kedua diskusi oleh Nordine Ait Laoussine, Mantan menteri energi algeria yang sekarang jadi konsultan, topiknya mengenai OPEC - apakah cukup effektif?

Seteklah lunch break, sesi siang diisi dengan diskusi kelompok dan presentasi masing masing group, seperti biasa, suasananya alot, serius tapi banyak lucunya juga.

Sesi terakhir, diskusi dengan Jeroen van der veer, CEO Royal Dutch Shell, topiknya apalagi kalau bukan IOC dan NOC, apa sich alasan utama host country untuk mengundang IOC berpartisipasi?, apakah alasan klasik, seperti: modal, keahlian, pengalaman dan manajemen masih valid, bukankah modal bisa dicari, keahlian demikian pula, tinggal panggil saja beberapa konsultan, service company, etc.. bagaimana dengan pengalaman? ah sebagian besar negara udah puluhan tahun bergelut dengan bisnis migas, so kenapa repot repot manggil IOC?. Perdebatan seperti ini cukup seru, apalagi beberapa pakar lain ikutan nimbrung seperti Adrian Lajous dari Oxford, Mike Daly dari BP International serta mantan menteri venezuela. Kelihatannya sebagian besar sepakat (tentu nggak semua) bahwa alasan klasik sudah tidak terlalu relevan lagi, kelebihan utama IOC bukan disitu, kelebihan IOC itu ya di "how to manage risk", bukankah industri migas sarat dengan resiko, nah kemampuan me- manage resiko ini yang berupa integrasi dari hal hal diatas (modal, skill, management) diperoleh dari akumulasi jam terbang yang jauh lebih lama ini - membuat IOC sedikit beda.

Ya mungkin bener juga, namun bagi beberapa negara, nggak ada tempat buat IOC!, seperti: Saudi Arabia dan Meksiko, sampai saat ini masih tertutup buat IOC, kalau Saudi Aramco, mereka kerjain sendiri, ada beberapa gelintir expat, cuma sebagai konsultan, jumlahnya sedikit sekali, lagian buat mereka nggak perlu IOC, disana resiko rendah, biaya juga rendah, dikerjain IOC, malah jadi mahal takutnya. Jadi bagaimana kedepannya IOC ini, khususnya akses terhadap cadangan, apakah host country akan cenderung memprioritaskan NOC?, menurut saya sich- iya, peran IOC akan tetap besar, tapi porsi IOC yang gede gede (major IOCs) kelihatannya akan semakin menurun, karena sekarang banyak juga bermunculan IOC yang relatif kecil, nantinya pangsa pasar mereka menurut saya akan meningkat, karena biasanya IOC yang kecil, lebih siap menerima return yang sedang sedang saja, kalau IOC gede, mereka maunya returnnya relatif lebih tinggi. NOC bagaimana? peran NOC akan lebih besar pada masa yang akan datang. Jadi petanya kira kira gini: kalau dari sisi "pie chart" produksi, NOC akan meningkat, IOC kecil kecil akan meningkat sementara IOC gede akan menurun. Ini perkiraan saya lho!

Malamnya ada resepsi dan final dinner, nggak terasa, 12 hari seminar intensif ini selesai juga, capek tapi seneng banyak ketemu teman baru disini, jadi inget katanya Nader Sultan, ketua seminar, mantan CEO kuwait petroleum company (KPC) yang selama 12 hari memandu semua sesi dengan sangat baik, lugas disertai joke yang oke punya. Pesannya cuma satu: keep in touch !

Tuesday, September 19, 2006

Oxford Energy Seminar - 4

11 September 2006

Sesi 1 diisi oleh Prof. Thane Gustafson dari CERA, beliau membahas mengenai Russian Oil Industry. Mulai dari sejarahnya, sampai kedepannya bagaimana industri migas di rusia ini, termasuk peluang IOC untuk berpartisipasi. Komplit !

Sesi 2 diisi oleh Amb. William Ramsay dari IEA (International Energy Agency) judulnya: Getting to the longterm, isinya banyak menyoroti mengenai tantangan tantangan energi pada masa depan, juga dibahas situasi pasar minyak dewasa ini, dan tentu yang menarik itu adalah bagaimana kecenderungan portofolio energi pada masa yang akan datang. Ada juga topik menarik lain, ketika ia mengaitkan energi dan kemiskinan, bagaimana nantinya masalah kelistrikan ini akan semakin parah tanpa ada kebijakan yang benar. Nantinya akan banyak orang hidup tanpa listrik.. wah gelap dong!, di kita mah, sekarang aja di beberapa tempat udah sering terjadi pemadaman bergilir, gimana nanti ya?.. ya jawabnya harus ada kebijakan baru.

Setelah lunch, diisi sesi mengenai Hydrocarbon di India oleh Najeeb Jung, beliau ini advisor reliance industries. Seperti kita ketahui, India ini dengan populasi yang gede, kecenderungannya akan mengikuti jejak China. Gimana konsumsi energi tentunya akan sangat besar, bedanya sama China, oil di India tidak begitu banyak, sementara gas ya lumayan banyak. Sehingga mereka perlu merencanakan strategi pengadaan energi masa depan.

Sesi terakhir diisi presentasi Saudi Aramco yang dibawakan Abdullatif Al-Othman, CFO Saudi Aramco. Dia cerita banyak mengenai proyek proyek Saudi Aramco dalam rangka meningkatkan produksi menjadi 12 juta barel per hari. Saat ini saja Saudi Arabia sudah memproduksi sekitar 9 juta barel per hari (termasuk produksi dari zona netral yang dibagi dengan kuwait). Yang menarik, salah satu proyek yang mereka sebut khurais project, terdiri dari tiga lapangan: khurais, abu jifan dan mazalij, nantinya akan berproduksi sebesar 1.2 juta barrel per hari. Gila cing!, bayangin produksi total kita saat ini dari sekian ratus lapangan cuma sekitar 1 juta barrel per hari, lha ini dari 3 lapangan aja bisa lebih gede dari seluruh Indonesia... ya, nggak heran, inilah negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia

Codrington library

12 September 2006

Sesi 1 oleh Dr. Byron Grote, beliau ini CFO BP, presentasinya mengenai challenges facing the oil majors, dia mengupas tantangan yang dihadapi pemain besar di bisnis migas, ketika bicara majors atau super majors, maka itu maksudnya terdiri dari: ExxonMobil, ChevronTexaco, Shell, BP, Total dan ConocoPhillips. Apa aja tantangan yang mereka hadapi? Dari sisi produksi, kontribusi super majors ini hanya 14% dari produksi dunia, sisanya 50% oleh NOC dan 36% oleh pemain pemain kecil lainnya. Dari sisi cadangan juga kecil, hanya 4% saja, 71% dimiliki NOC sisanya pemain lainnya. Jadi dari sisi size ya nggak gede gede amat. Tantangan yang dihadapi adalah fluktuasi harga minyak, dia mencontohkan bahwa setiap kenaikan harga minyak, maka pasti tidak lama kemudian diikuti dengan kenaikan peralatan migas.

Byron juga menunjukkan slide antara Government Take (GT) dari beberapa negara dengan kenaikan harga minyak, bertolak belakang dengan studi saya, menurut slide-nya, GT pemerintah akan lebih meningkat dengan kenaikan harga minyak, apapun model kontraknya, mau model PSC kek, mau model Royalty Tax kek.

Pas sesi tanya jawab, saya minta klarifikasi Byron, karena saya bilang, saya saat ini sedang melakukan studi efek GT terhadap kenaikan harga minyak di beberapa negara, hasil studi saya menunjukkan sebaliknya, apalagi untuk sistem Royalty Tax, bagaimana mungkin GT bisa naik dengan kenaikan harga minyak, logikanya aja nggak masuk buat saya!, terus dia bilang ya dengan kenaikan harga minyak kita bayar Royalty dan Tax lebih banyak, wah saya kejar lagi, ya jelas dong, dalam nominalnya Royalty tax buat government pasti akan naik, tetapi kita khan bicara government take (GT), slide Anda khan GT vs oil price, yang mana GT itu presentasi pendapatan dari profit.. Terus dia bilang itu slide saya ambil dari McKinsey.. yah udah bagaimana lagi... buat saya masih mengganjal, kecuali kalau rate royalty dan tax nya dinaikin dengan adanya kenaikan harga minyak (semacam windfall profit tax), ya mungkin aja GT jadi naik, kalau nggak ada perubahan, ya nggak masuk akal lah. Kadang kadang, definisi government take nya yang nggak bener, dan bisa jadi, ini bahan untuk menunjukkan bahwa ente (host country) udah untung banyak lho, nggak usah minta macem macem lagi dari kita dengan kenaikan harga minyak.. bisa aja tujuannya kesana! Biasa IOC khan takut diminta bagian lagi karena keuntungannya meningkat... apalagi belakangan beberapa negara mulai mikir mau nerapin windfall profit tax.

Sesi 2 oleh Nasser Jaidah, Director oil and gas ventures, qatar petroleum, presentasinya mengenai gas monetization - qatar. Seperti kita ketahui, qatar ini negerinya gas, dimana mana ada gas.. he he. Bayangin, cadangan gas nya lebih dari 900 TCF, buat apa aja gas ini? utamanya dijadiin LNG buat ekspor, ada juga yang lewat pipeline dan ada juga proyek GTL (Gas to Liquid), qatar ini sadar benar, dengan cadangan yang begitu besar, mereka harus mengoptimalkan utilisasi gas ini. Ekspor LNG kemana aja? India, USA, Eropa, Korea dan Jepang. Saat ini pangsa pasar LNG demand 15% dikuasai qatar dan akan meningkat menjadi 37% pada tahun 2011. Nggak heran kalau qatar lagi sibuk sibuknya mengejar target diatas, begitu banyak proyek disana, problemnya sebagai negara kecil, mereka kekurangan manpower, tidak cukup orang terlatih disana, disamping secara penduduk emang nggak banyak, jadi mau nggak mau harus impor tenaga kerja, nggak heran kalau sekarang banyak yang hijrah ke qatar, mau nyusul?

Setelah lunch break, sesi diiisi oleh Robert Maguire dari Morgan Stanley, presentasinya mengenai mobilising capital in energy industry, sebenarnya topik ini menarik, cuma ternyata baik bahan presentasi dan teknik penyampaiannya agak mengecewakan saya, padahal ini topik yang saya tunggu tunggu, tapi pas presentasi kok ngak ada isinya, penonton kecewa!

Sesi terakhir mengenai regional security in the gulf - the case of iran oleh Eric Rouleau. Beliau saat ini sich profesi resminya jurnalis di paris sana, tapi sebelumnya pernah jadi dubes perancis untuk tunisia dan turki. Dia juga punya banyak akses dengan teheran. Topiknya menarik, intinya khan sekarang orang pingin tahu gimana sich akhir ceritanya - perang apa nggak?. Partisipan kebanyakan nanya langsung to the point, gimana kemungkinan yang akan terjadi? Tentu sebagai jurnalis, dia cerita panjang lebar dulu mengenai iran, dia cerita juga kalau amrik sampai "salah perhitungan" dengan iran, akibatnya bisa fatal, dan kesimpulannya menurut dia, amerika belum ada urgensinya untuk menyerang iran saat ini (secara guyon di bilang, yang pasti amerika nggak akan menyerang besok), untuk apa cepat cepat?,- jadi hitung hitung dululah - apalagi dengan kondisi saat ini. Lagian kalau iran memang mau bikin senjata nuklir, dia bilang belum sampai kesana secara teknis kemampuannya, perlu waktu beberapa tahun, mungkin sepuluh tahun lagi paling cepat, terus ngapain amrik mesti nyerang sekarang... yang menarik, pas kuiz buat partisipan, pertanyaannya: apakah amrik akan menyerang iran? sebagian peserta menjawab tidak. Jadi menurut eric, ini memang masalah berat, tapi nggak perlu buru buru diselesaikan dengan konfrontasi, kira kira gitu deh, masuk akal juga ya!.

Sunday, September 17, 2006

Oxford Energy Seminar - 3

7 September 2006

Sesi satu diisi oleh Dr. Bergmann, judulnya: gas in europe - challenges from globalising market. Beliau ini chairman of the executive board, E.ON Ruhrgas, salah satu pemain penting dalam bisnis pasokan gas di eropa. Dia mulai presentasi dengan menunjukkan konsumsi gas di eropa yang terus meningkat sejak tahun 60-an, eropa (EU 25) menempati urutan kedua setelah amrik. Kalau dari sisi penggunaan gas, utamanya untuk power generation. Berdasarkan per negara maka UK yang paling gede, diikuti oleh jerman, italia, perancis, belanda dan spanyol.

Produksi gas yang berasal dari negara eropa, yaitu: UK, belanda, jerman dan italia terus mengalami decline yang cukup tajam. Saat ini impor gas berasal dari: rusia, algeria, nigeria dan qatar. Gas potential to europe pada masa yang akan datang akan berasal dari : (sesuai dengan besarnya cadangan) rusia, qatar, iran, caspian, nigeria, algeria, mesir dan libya. Sementara dari negara eropa sendiri pasokan gas akan datang dari norwegia, UK dan Belanda. Pada masa yang akan datang demand LNG di eropa akan bersaing dengan demand dari amrik dan S.E asia, seperti: jepang, korsel, taiwan, india dan china.

Sesi dua diisi oleh Prof. Jonanthan Stern dari Oxford Institute for Energy Studies, topiknya mengenai global gas market, kalau lihat presentasinya, kita kaya belajar geography, karena isinya jalur jalur pipa gas dan lokasi LNG plant berikut tujuannya di muka bumi ini. Lumayanlah jadi tahu lokasi negara negara.. he he.. Pusing juga ngeliatin rute pipa gas di dunia ini, belum lagi rute LNG. Kalau yang ngurusin marketing gas, presentasi ini tentunya bermanfaat karena sangat komprehensif, berikut prediksi bisnis beberapa tahun kedepan... ya lumayanlah buat pencerahan.

Sesi ketiga setelah lunch break diisi oleh oliver allipert dari Institut francais du Petrole (IFP), topiknya mengenai reserves. Seperti biasa kalau ngomong resources dan reserves maka orang pasti mengacu ke definisinya SPE/WPC/AAPG. Ketika masuk cadangan per negara, maka no surprise kalau isinya sebagian besar negara middle east khususnya saudi arabia (hampir 25% dari cadangan minyak dunia), iraq, kuwait, iran dan tetangga tetangganya, dari amerika latin ada venezuela yang juga gede (7.4%). Indonesia? ya cuma 0.5 % dari cadangan minyak dunia. Menarik juga diskusi mengenai kapan peak oil? apakah sudah terjadi? kalau pake teorinya hubbert, peak oil khan udah lewat, menurut olivert, peak oil itu tak lepas dari investment dan uncoventional oil spt heavy/ tar sand. Kalau tidak memperhitungkan unconventional, maka peak oil akan terjadi dalam waktu dekat, namun bila unconventional dihitung, maka peak oil akan molor sampai tahun 2020-2038, harus diingat, unconventional ini perlu investasi yang gede, jadi kapan peak oil?, ya tergantung investasi, kalau sedikit investasinya ya bentar lagi, kalau banyak ya bisa diundur, masuk akal he he..

Sesi terakhir berupa diskusi dengan Prof. Mabro, beliau ini umurnya udah diatas 70 tahun, sudah banyak makan asam garam bisnis migas dan energi umumnya. Partisipan bebas nanya apa saja, terus dia memberikan pencerahan - yang bikin saya suprise, kok dia tahu banyak hal sampai begitu detail. Ketika ada yang nanya mengenai access to reserves buat IOC, dia jelasin detail sampai model model kontrak yang ada, lengkap dengan contoh, kelebihan kekurangan, bagaimana pengalamannya membantu beberapa negara middle east dan afrika bernegosiasi dengan IOC, trendnya nanti bagaimana, dll. Ketika peserta tanya mengenai oil trading, dia jelasin sampai se-detail detilnya - yang enak, beliau ini bukan tipe profesor yang serius, hampir tiap kali ngomong pasti ada jokenya, malah kadang kadang bingung ini lagi serius atau lagi joke... he he.

Broad street

8 September 2006.

Sesi pertama, diisi oleh Edward Morse dari Lehman Brothers, topik yang dia bawakan mengenai US energy policy, Ed (panggilannya) sebelum pindah ke swasta pernah kerja di departemen energi di amrik sana, pendapatnya juga sering dikutip mas media apalagi terkait dengan perkembangan harga minyak. Topik ini penting mengingat amrik ini konsumsi dan produksinya dari segi ukuran luar biasa. Sekedar gambaran konsumsi minyak 20.7 juta barel per hari, produksi minyak sekitar 6.8 juta barel per hari (bandingin dengan kita yang cuma sekitar 1 juta per hari). Presentasinya komprehensif, saking luasnya bingung meringkasnya... pokoknya kira kira gitu dah ha ha..

Sesi kedua - mengenai OPEC, diisi oleh Dr. Edmud Daikoru, sekjen OPEC yang juga menteri perminyakan nigeria. Dulunya beliau ini pernah jadi wellsite geologist, jadi banyak makan garam dunia perminyakan. Topik yang dibawakan mengenai: the role of OPEC in oil price stability. Buat yang lain mungkin menarik, buat saya ya dengerin ajalah, karena yang bikinin pidato dan presentasinya, ya saya sendiri dibantu oleh editor kantor he he... Salah satu kerjaan kita di OPEC sana ya nyiapain presentasi buat pejabat OPEC maupun buat menteri dari negara negara OPEC bila diundang untuk jadi pembicara, repotnya belakangan ini hampir tiap minggu ada undangan presentasi, untungnya analyst di OPEC cukup banyak, jadi ya bagi bagi tugaslah, berhubung saya yang berangkat ke oxford seminar, maka saya kebagian nyiapain bahan presentasi ini.

Sesi ketiga mengenai Longterm oil price dan capital market yang dibawakan oleh Dr. Paul Hosner, managing director, barclays capital, topik menarik, apalagi saat ini futures market ini lagi banyak disorot, bagaimana spekulasi yang secara tidak langsung ikut "memainkan" harga minyak.

Sesi keempat oleh Gary Heminger, Executive VP Marathon, mengenai US refining industry, ceritanya mengenai sejarah industri refinery di amrik, perkembangannya saat ini, konsumsi petroleum produk di amrik dan lain lain.. lengkap!.

Saturday, September 16, 2006

Oxford Energy Seminar - 2

5 September 2006

Sesi pertama diisi Dr. Juan Carlos Boue, staff ahli Menteri Venezuela, dia gantin Dr. Bernard Mommer yang berhalangan hadir, judulnya "the role of private investment in venezuela's upstream oil", wah ini mesti menarik, sebelumnya saya udah banyak denger di mass media mengenai kebijakan presiden Chavez, kayanya ada baiknya denger langsung dari orang dalam, biar informasi berimbang.

Yang menarik, Dr. Boue ini masih muda, dia orang meksiko, lulusan oxford, sebelumnya bantu bantu Prof. Mabro, presentasinya bagus - runtun, dia mulai dengan sejarah industri hulu di venezuela, mulai masuknya kontraktor asing dalam bentuk service contract dan association sekitar tahun 1990. Inti yang mau disampaikan oleh anak muda ini adalah bahwa telah terjadi interpretasi yang kreatif (istilah yang dia pake cukup menarik) oleh PDVSA (pertamina-nya sana) yang telah menguntungkan PDVSA dan kontraktornya (perusahaan minyak asing) sehingga negara dirugikan. Bagaimana royalti dan pajak yang mestinya dibayar sekian menurut undang undang, di-interpretasikan lain, sehingga royalti dan pajak yang harus dibayar oleh kontraktor jauh lebih rendah, nah setelah era Chaves, ini semua diperbaiki, kongkalikong PDVSA dibongkar, tapi PDVSA udah keburu kuat, malah sempat mencoba kudeta, 2 kali lagi!, bayangin perusahaan berani kudeta saking kuatnya.. Nah ceritanya, presiden Chavez ingin mengembalikan industri hulu migas ini ke jalur yang semestinya, artinya royalty dan pajak dibayar sesuai undang undang, kontraktor harus ikut program migrasi, bentuknya berubah jadi "mix enterprises", kontraktor banyak yang protes tentu saja, tapi sebagian besar menerima proses migrasi tersebut.

Pada sesi tanya jawab, tadinya saya ngebayangin peserta dari IOC akan memborbardir mempertanyakan kebijakan chavez ini, ternyata diluar dugaan, pertanyaannya enteng enteng aja, apa yang dapat saya petik adalah: bahwa presentasi Dr. Boue ini disampaikan dengan baik, lengkap dengan data dan hitungan hitungan, bagaimana perhitungan kerugian dan bagaimana manipulasi telah dilakukan dan bagaimana venezuela dibandingkan dengan negara dengan produksi yang hampir sama (Meksiko) memperoleh fiscal revenue yang juauuh lebih kecil. Presentasinya jauh dari retorika, padahal topik yang dibawakan berat, karena kalau kita ngomong nasionalisasi, maka konotasinya pasti negatif, apalagi disampaikan dengan retorika, tapi dalam lingkungan akademis, begitu kita bicara dengan angka, metodologi, dsbnya, ternyata bisa dimengertilah, jadi ada saatnya, retorika disimpan dulu, bagi bagi kerjaan, biar orang politik yang ngomong retorika, orang orang model Dr. Boue ini yang backup secara akademis.. very good!

Point yang cukup penting lainnya, adalah bahwa mereka tidak anti kontraktor asing, mereka seneng dengan investor asing "but not at any price!" bahwa investor juga harus menghormati kedaulatan terhadap cadangan minyak mereka. Mau niru?

Sesi kedua diisi oleh Dr. Ghassem Salame, profesor di institut des sciences politiques, Paris, mantan menteri Lebanon, beliau pidato nggak pake slides, topiknya, "themes in middle east policy", dia cerita panjang lebar, tapi fokusnya tentu ke masalah Palestina, Lebanon dan Iran. Dia pidato hampir satu jam, diluar dugaan pas sesi tanya jawab, yang mau nanya banyak banget. Dr Salame, pembawaan low profile, menjelaskan sangat sistematis, paham benar masalah politik timur tengah, sebagian besar pertanyaan mengenai kira kira bagaimana penyelesaian akhir masalah nuklir iran?, walaupun waktu lunch break udah lewat, masih banyak peserta yang mau nanya, akhirnya terpaksa di stop, nggak heran, ternyata masalah politik sangat menarik buat orang orang yang bukan latar belakang politik....

Sesi ketiga, diisi oeh Dr. Walid Khadduri, head economic al hayat, topik yang dibawakan mengenai bagaimana masa depan industri migas di Iraq, Dr Khadduri sendiri orang Iraq, wah, isinya cerita sedih semua, bagaimana Iraq yang pernah mencapai peak production diatas 3 juta barel per hari, sekarang harus terseok seok, bagaimana masa depan industri migas di sana?, keliatannya masih gelap, bagaimana mungkin mau melakukan rehabilitasi industri, wong syarat minimum keamanan nggak ada, tiap hari ada penculikan pembunuhan, belum lagi ngomong aturan main, lha aturannya juga nggak ada... kasian.. Dr. Khadduri selama presentasi dan tanya jawab terlihat tenang namun ada raut sedih di wajahnya, saya pun jadi ikutan sedih, kebayang bangsanya jadi berantakan gitu, padahal, ahli migas iraq itu banyak lho, doktornya juga banyak... ya begitulah! selain itu, iraq termasuk yang punya cadangan migas terbesar, deket deket saudi arabia lah levelnya.

Sesi terakhir diisi Ivo Bozon dari Mackinsey, judul topiknya: The Global Energy System", cukup menarik karena "lain dari yang lain", menurut model Ivo (Ivo ini cowok, jangan ngebayangin Astri Ivo), maka harga minyak akan segera turun, karena menurut dia perkiraan demand tidak sebanyak yang diperkirakan oleh beberapa lembaga riset, sementara supply jelas akan meningkat pada masa yang akan datang, maka harga minyak akan turun, ya sekitar 35 -40, abis itu ya terus turun. Pas sesi tanya jawab, di bombardirlah si Ivo ini, karena dianggap nyeleneh sendiri, sehingga modelnya banyak dipertanyakan, tapi dia mah enteng aja jawab, berdasarkan model kami, ya trend nya akan kaya gini, nggak percaya? kita tunggu aja... katanya enteng, he he..

St. Catherine's College


6 September 2006

Sesi pertama mengenai Climate Change, diisi Benito Mueller, Direktur Oxford Climate Policy, cukup panjang presentasinya, dia cerita mulai dari aspek aspek teknis, politis dan ekonomis dari kebijakan climate change, kyoto protocol (KP), clean development mechanism (CDM), sampai model model kerjasama unilateral lainnya, kenapa AS dan Australia nggak ikut ratifikasi KP. Dia juga mengutip studi studi mengenai implikasi kyoto protocol terhadap negara produsen minyak, banyak memang studi studi sebelumnya mengenai implikasi kyoto protokol ini, dan sedikit melangkah kedepan, dia juga diskusi mengenai apa yang akan terjadi pasca kyoto protocol..

Sesi kedua oleh Dr. Joseph Stanislaw, judulnya: Energy in flux, the 21st century greatest challenges, beliau ini dapat dikategorikan level "guru" kalau dalam bidang energi masa depan, kalau di manajemen kita kenal orang kaya Gary Hamel atau C.K Prahalad, yang ngarang buku Competing for the future, maka embahnya untuk energy futurist itu ya salah satunya beliau ini, salah duanya koleganya sendiri: Daniel Yergin, mereka berdua ini yang ngarang buku: "the commanding heights; the battle for the world economy". Enak dengar beliau presentasi, kita dibawa ke masa depan, bagaimana peta energi masa depan, dimana poros: saudi arabia, caspian siberia dan canada akan menjadi new energy geography.. hm menarik..

Sesi ketiga setelah lunch diisi David Fridley, mengenai china energy and economy, sekarang kalau ngomong masalah supply demand energy, maka china ini menjadi topik dimana mana, kenapa? karena selama ini data data mengenai china gelap, nggak ada yang tahu berapa konsumsi energi di china, semuanya serba "tau ah gelap", baru setelah agak terbuka, orang mulai hitung hitungan supply demandnya gimana, kerjasama atau istilah yang sering dipakai "dialog" mulai dilakukan, china diundang dimana mana untuk "membuka" data data konsumsi dan produksi energi mereka. David ini paham benar masalah energi China, dia bolak balik kesana, bisa ngomong bahasa china, boleh juga. Kalau mau tahu banyak memang harus sabar. Saya jadi inget beberapa bulan yang lalu, ada dialog antara OPEC dengan China di Wina, saya kebetulan ikut rapat rapatnya, pada saat perkenalan, ketua delegasi China dengan halus mengatakan, bahwa mereka sangat senang dengan inisiatif dialog, ini adalah pertemuan pertama, awal dari pertemanan kita, nanti akan ada pertemuan2 berikutnya supaya kita makin kenal satu sama lain, kira kira gitulah terjemahan kasarnya, artinya apa?, sebagai temen baru, ya harus tahu diri, jangan harap mau tahu semuanya sekarang, nantilah tunggu akrab, baru buka bukaan he he..!

Sesi terakhir hari ini diisi oleh HE Abdullatif Al Hamad, chairman of the board of director Arab Fund for social and economic development, beliau ini juga mantan menteri keuangan kuwait, umur 24 tahun udah jadi dirjen di kuwait sana, hebat bener ya, kalau di kita umur segitu baru fresh graduate, lagi mabok nyari nyari kerjaan... tapi kalau denger dia presentasi, ya wajarlah, dia memang punya kemampuan dan kapasitas. Presentasi beliau mengenai midlle east stability & the world economy, dia menyoroti 3 negara besar di kawasan ini yang nantinya akan banyak berperan: Iran, Saudi Arabi dan Egypt...

Agak nyimpang dikit nih, tiap kali presenter menyebut negara negara saya jadi inget negara kita, kalau orang bicara negara yang akan banyak berperan nantinya, di Asia, ya: China, India, Jepang, korea, kita kok nggak pernah disebut sebut ya, kalau ngomong jumlah penduduk, baru terdengar.. kenapa ya? kalau dipikir pikir, ujung ujungnya ini urusan pendidikan, betapa kita masih tertinggal jauh, tapi nggak usah sedih berkepanjangan, mudah mudahan angkatan anak anak cucu kita nanti, baru mulai dipehitungkan. Padahal potensi sich jelas ada, kapannya ini yang belum ketahuan, harus dimulai sekarang ya, cuma syaratnya: kesalahan masa lalu jangan diulangi lagi, korupsi berjemaah mbok kapok. Mulailah investasi untuk pendidikan, supaya semuanya dapet akses, kalau semua cuma mikirin masing masing, sama aja dengan nunggu bom waktu, karena kelompok yang nggak dapet akses akan mengambil hak-nya dengan caranya sendiri, mundur lagi kita dong!. Sementara ini kita hanya bisa diam dengan pandangan menerawang dan berkaca kaca kalau negara kita masih belum disebut sebut.. Tapi harus optimis dong!, mudah mudahanlah.. someday, Insya Allah..!

Sunday, September 10, 2006

Oxford Energy Seminar - 1

3 September 2006

Hari ini berangkat ke Oxford, rencananya mau ikutan 28th Oxford Energy Seminar yang diadakan di St. Catherine's College, Oxford, mulai tanggal 4 sampai 14 September 2006. Flight ke Heathrow mestinya jam 19.45, eh pas nyampe di airport liat ke layar pengumuman, flight nya di delay 2 jam, wah bisa nyampe tengah malem ini. Nyesel juga jadinya pilih Austrian Airline (OS), tadinya mau naik British Airline, cuma karena OS last flight-nya lebih malem (19.45) , maka dipilih OS, nggak tahunya malah kemaleman.. yo wis..!

Nyampe Heathrow jam 12.00 tengah malem, sopir taxi udah nunggu karena memang sebelumnya sudah email ke Oxford minta dijemput taxi, nyampe St. Catherine's College jam 2 dini hari, perjalanan nggak nyampe 1 jam, ongkos taxinya £ 120, termasuk biaya nunggu dan parkir, mahal banget ya - apalagi kalau di rupiah-in, untuk jarak yang cuma sekitar 72 km.

Pas nyampe, rupanya ada juga perserta yang baru nyampe, akomodasi gimana?, wah jangan harap yang kelas hotel bintang 4 atau 5, namanya di kampus, ya kelas mahasiswa lah, di kamar nggak ada TV, kulkas, alakadarnya pokoknya, nggak kaget sich, karena sebelumnya udah dibilang kalau semua peserta harus menginap di akomodasi yang sudah disediakan, supaya bisa interaksi dan akrab satu sama lain, buat aku sich oke oke aja, jadi inget zaman kost.

St. Catherine's College

4 September 2006

Hari pertama, perkenalan oleh Profesor Robert Mabro, dia ini yang meluncurkan program oxford energy seminar sekitar 28 tahun yang lalu, jumlah peserta 67 orang dari 28 negera, mulai dari IOC, NOC, institusi pemerintah, swasta, konsultan, dll. Metoda perkenalannya unik, karena peserta tidak mengenalkan diri masing masing, tapi dikenalin sama Prof. Mabro, memang sebelumnya semua peserta sudah mengirimkan CV nya, jadi ceritanya dihapalin sama si profesor ini, terus dia keliling, satu per satu dia kenalin luar kepala (nggak pake catetan). Dia hapal background dan kerjaan masing masing peserta, sampai peserta pada bingung, kok hapal ya?, padahal sudah tua sekali (lebih 70 tahun), kalau 6-7 orang sich oke, ini 67 orang, hapal semua.. wah wah..

Sesi Pagi diisi oleh Christopher Allsopp, dia Direktur Oxford Institute for Energy Studies, topik yang dibawakan mengenai "world economy", sesuai judulnya, ya mengenai ekonomi makrolah, bangsanya GDP, inflasi, kebijakan fiskal dan moneter, dll. Setelah presentasi 1 jam dilanjutkan sesi tanya jawab, pertanyaan lebih banyak mengenai kaitan ekonomi makro dengan harga minyak, jadi kira kira pertanyaan gini: kok kenaikan harga minyak tidak terlalu memicu inflasi?.

Sesi kedua diisi Profesor Peter Davies, chief economist BP, judul presentasinya, "quantifying energy", Peter banyak bicara mengenai sejarah harga minyak, baik dalam real maupun nominal price, terus bahas energy prices, energy market drivers, etc, menarik sich, cuma banyak slides sebenarnya nggak terlalu asing, karena aku udah terlalu sering lihat presentasi yang model gini di kantor.

Tanya jawab cukup alot, khususnya mengenai supply vs. demand, perkiraaan harga minyak, pengaruh downstream terhadap harga minyak. Kalau ditanya prediksi, dia nggak bisa jawab juga, terlalu banyak faktor katanya, kalau itu mah semua juga tahu he he.. Salah satu pertanyaannya kaya gini, kalau supply demand udah pas, investasi downstream yang sekarang sedang berjalan mulai online, apakah harga minyak nantinya akan segera turun menuju ke titik keseimbangan baru?.

Intermezzo dikit, bedanya dukun sama analyst apa ya?, kalau dukun disuruh meramal, mantab, PD aja!, nggak banyak "If (jika)" nya, kalau analyst disuruh prediksi, maka banyak "If" nya, kalau ditanya trend harga minyak gimana?, jawabnya tergantung skenario, "If" pesimis, sekitar 30, if optimis, sekitar 100, jadi range-nya 30 - 100, enak banget ya jadi analyst he he.

Nah sesi ketiga hari ini, diisi oleh mantan boss saya, Dr. Adnan Shihab-Eldin, dia mantan Akting Sekjen OPEC, juga Mantan Direktur Riset OPEC., kayanya dia ogah pensiun, buktinya masih seneng presentasi sana sini. Satu yang saya kagum dari beliau ini, walaupun latar belakang pendidikannya nuklir, pengalaman sebelumnya juga di nuklir, pas dia pindah ke OPEC, dia belajar cepat banget, emang orangnya rada workaholik, tapi dasar pintar kali, dalam waktu singkat dia sudah paham seluk beluk industri energi umumnya dan indutri migas khususnya, quick learner..

Presentasi beliau mengenai "CO2 and Oil Industry", lebih banyak menyoroti masalah emisi carbon dan proposal bagaimana mengatasinya. Secara konseptual - bolehlah, cuma masih harus dikaji lagi aspek teknis dan ekonomisnya, intinya bagaimana menginjeksikan lagi CO2 ke subsurface, lebih bagus lagi kalau dalam bentuk proyek EOR (CO2 injection), idenya khan sambil menyelam minum air, emisi karbon berkurang recovery faktor minyak meningkat. Tapi tentu prakteknya nggak akan semudah itu, masih perlu riset lebih jauh, step by step, nggak semua reservoir cocok untuk proyek EOR kaya gini, CO2 bisa bikin korosi, sumber dan transportasi CO2 nya gimana. Wah masih panjang ceritanya, biar negara majulah yang mikirin, khan yang duluan ngerusak lapisan ozon itu negara yang sekarang udah maju, setelah rusak, baru masalahnya dijadikan global, negara berkembang (yang belum sempat merusak he he) sekarang diajak mikirin....

Sunday, September 03, 2006

Optimisasi Portofolio Proyek Migas

Saya ringkas dari paper saya, judul lengkapnya: Application of Portfolio Management to Optimize Capital Allocation in Oil & Gas Projects.http://www.ogel.org/
Kalau lewat website ini harus anggota, kalau ada yang tertarik detail, bisa lewat japri.

----------------

Perusahaan minyak dan gas selalu dihadapkan pada keputusan keputusan bagaimana melakukan investasi kapital dari dana yang terbatas untuk memaksimumkan imbal hasil (return). Pendekatan tradisional untuk memilih proyek proyek biasanya dilakukan dengan melakukan ranking dari proyek proyek yang tersedia dengan menggunakan kriteria investasi seperti : NPV, IRR, atau Profit to Investment ratio (PI) sampai semua dana tersebut habis. Kelemahan utama dari pendekatan tradisional ini bahwa metoda ini memaksimumkan return tetapi mengabaikan resiko.

Didalam dunia pasar modal, salah satu metoda alokasi kapital yang secara eksplisit memperhitungkan resiko adalah teori portofolio modern, teori yang awalnya dikembangkan oleh Markowitz pada tahun 1950-an telah digunakan secara ekstensif didalam investasi di pasar modal. Teori Portofolio memungkinkan untuk memilih portofolio yang memberikan return tertinggi untuk suatu tingkat resiko tertentu dan mempunyai resiko terendah untuk tingkat return tertentu.

Optimisasi portofolio adalah metodologi dari teori keuangan untuk menentukan program investasi dan pembobotan aset aset yang akan menghasilkan maksimum imbal hasil pada tingkat resiko tertentu, atau minimum resiko pada tingkat imbal hasil tertentu. Hal ini dicapai dengan membuat variasi bobot investasi dari aset aset yang tersedia.

Ada suatus konsep yang disebut Efficient Frontier (EF), EF ini adalah suatu garis “imajiner” dari portofolio atau kombinasi aset aset yang memberikan imbal hasil maksimum pada tingkat resiko tertentu. Portfolio yang tidak berada pada garis “efficient frontier” adalah portofolio yang tidak efisien karena pada tingkat resiko tertentu ada portofolio lain yng memberikan imbal hasil yang lebih besar atau ada portofolio lain dengan imbal hasil yang sama namun memberikan resiko yang lebih kecil.



Lihat gambar atas, portofolio merah tidak efisien karena ada portofolio lain dengan resiko yang sama akan memberikan imbal hasil yang lebih besar (yang berada pada garis EF tersebut), begitu pula portofolio kuning, karena ada portofolio lain dengan return yang sama akan memberikan resiko yang lebih kecil, dengan demikian portofolio dibawah EF ini semuanya tidak effisien.

Singkat cerita (seperti biasa), dengan menggunakan formulasi matematis, maka kita dapat mengoptimisasi portofolio kita (detail rumus rumus nggak saya muat disini).
Aplikasi di bisnis hulu migas gimana?
Ilustrasinya gini, misalnya kita punya list proyek seperti tabel berikut:

Kita punya proyek dari A-J, dengan total investasi yang diperlukan sebesar 3,610 MM$, cuma berhubung budget terbatas, maka proyek tersebut harus kita ranking, sampai dana yang tersedia habis, sebagai contoh, budget cuma ada 2,000 MM$, maka ranking proyek seperti berikut:

Berdasarkan ranking tersebut, jumlahin aja berapa investasi yang diperlukan sampai dana yang tersedia habis, metoda ranking bisa macem macem, namun yang umum dipakai itu ratio profit to investment (NPV dibagi dengan investment).

Pendekatan diatas memaksimalkan return, tapi nggak ngelihat resikonya, metoda optimasi portolio ini memerlukan step tambahan, yaitu: menghitung "resiko" dari masing masing project, metodologi yang digunakan adalah: mengitung NPV project dengan pendekatan probabilistik menggunakan simulasi Monte Carlo, selanjutnya dihitung semi standard deviasi NPV masing masing project dari mean NPV-nya.

Hasilnya gimana?

Gini nih, dari optimisasi kita dapet hasil dibawah, dengan kemampuan anggaran hanya 2,000 $ MM, maka portofolio yang tersedia kalau kita plot sebagai berikut:

Portofolio X (maksimum imbal hasil), akan menghasilkan NPV sebesar 1,090.32 MM$ dengan resiko sebesar 268.59 MM$; portofolio yang lain (portofolio Y) akan menghasilan NPV sebesar 1,083.52 MM$ dengan resiko sebesar 228.53 MM$. Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa manajemen dapat memilih portofolio Y dengan ”pengorbanan” NPV hanya 6.8 MM$; sementara resiko portofolio akan menurun secara drastis sebesar 39.8 MM$. Selanjutnya, Apabila manajemen mempunyai concern terhadap resiko dan hanya dapat menerima resiko portofolio tidak lebih dari 200 MM$, maka manajemen dapat mempertimbangkan portofolio Z, yang mana mempunyai resiko portofolio sebesar 186.28 MM $.

Persentase dari masing masing proyek yang dipilih dan dibiayai dari masing masing portofolio (X, Y, Z) dapat dilihat pada Tabel dibawah:
Sebagai penutup, kesimpulannya kira kira gini:
  • Optimisasi Portofolio akan menghasilkan “trade-off” antara resiko vs imbal hasil. Pendekatan ini juga dapat mengukur secara kuantitatif besarnya resiko vs imbal hasil dan implikasinya terhadap pemilihan portofolio.
  • Pembuatan kurva “efficient frontier” dari optimisasi portofolio tidak secara otomatis menghasilkan “solusi final” namun akan menghasilkan perspektif bagi manajemen untuk membuat keputusan investasi jangka panjang yang lebih baik sejalan dengan strategi perusahaan.
  • Optimisasi Portofolio mendorong manajemen untuk mengukur dan me- manage resiko.

Friday, September 01, 2006

keekonomian proyek upstream

Pada saat Anda disuruh menghitung keekonomian proyek hulu migas, tentu caranya bisa macem macem: bikin sendiri pakai excel, dibikinin sama company (udah ada template dari head office, tinggal ganti ganti inputnya) atau pakai commercial software yang banyak tersedia dipasaran. Jadi tergantunglah, kebanyakan sich sudah tersedia, tinggal utak atik yang yang sudah ada, malah kadang kadang nggak tahu siapa yang dulunya buat, bisa jadi orangnya udah pensiun atau udah pindah company lain. Ada juga yang pakai software, tinggal masukin input, keluar hasilnya, enak nggak capek, pokoknya dapet economic parameter sekian, kalau pakai software biasanya lebih fancy, dilengkapi dengan grafik, table, chart warna warni, langsung keluar sensitivity, tornado, spider (man ?) diagram, pokoknya lengkap deh !, tapi fancy belum tentu jaminan Anda puas, apalagi kalau nggak tahu persis “dalamnya” kaya gimana sich.

Kalau iseng, coba aja commercial software itu diuji dengan hitungan hitungan sederhana dulu, hasilnya keluar aneh aneh nggak, jangan langsung percaya aja, kadang kadang saking canggihnya commercial software itu. Hitungan yang sederhana bisa keluar hasil yang aneh. Saya pernah nge test petroleum economics software, nggak usah disebut namanya, saking canggihnya, bisa mengcover semua fiscal terms seluruh dunia, pas saya test, karena yang saya inget di kepala (bukan inget diluar kepala lho.he he.) PSC Indonesia, ya udah test pake model Indonesia aja, eh ternyata, nggak begitu memuaskan, banyak yang nggak update dan perhitungan cash flow agak nggak bener juga, saya tanya sama consultant, jawabannya nggak begitu meyakinkan, saya nggak nge test terms negara lain, cuma saya mikir, karena kebanyakan negara kali, jangan jangan copy-paste aja nih he he, bukan negative thinking lho, mungkin yang baik juga banyak, tapi ini real experience sich!.

Saya jadi inget, dulu pernah baca paper SPE, judul lengkapnya: SPE 68588 A Comparative Analysis of 12 Economic Software Programs, John D. Wright/Questa Engineering Corporation and Robert S. Thompson/Colorado School of Mines.

Ceritanya mereka berdua ini membandingkan 12 software petroleum economics, tentu ada latar belakangnya kenapa iseng membandingin segala. Mereka berangkat dari hipotesa bahwa software project economics seyogyanya memberikan jawaban yang sama kalau diberikan data yang sama. Hipotesa ini kemudian diuji dengan memberikan problem yang relatif sederhana ke beberapa orang yang bekerja di industri perminyakan dengan menggunakan beberapa macam software. Hasilnya mengejutkan, ternyata output yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Society of Petroleum Evaluation Engineer (SPEE) - ini cabangnya SPE yang focus ke masalah masalah commercial dan ekonomis dari bisnis upstream, menemukan bahwa perbedaan itu timbul karena kombinasi dari asumsi yang tidak disebutkan (unstated assumptions), perbedaan interpretasi dari berbagai parameter, perbedaan perlakuan dari faktor faktor tertentu seperti discounting dan escalating, etc, etc.!

John Wright dan Robert Thompson ini kemudian menindaklanjuti dengan melakukan pengujian terhadap 12 commercial software yang biasa dipakai di industri hulu migas, yaitu:

• Artesia Data Systems - PEEK
• Doug Boone - ToolKit
• Ensyte - Ensyte
• IHS Energy - PowerTools
• Landmark Graphics - ARIES
• Merak Projects - Peep
• Molli Computer Services - MICA
• OGRE Partners - OGRE
• PRMI Software - EUREKA
• SCAI - FEGS
• T&E Garland - What-if
• TRC Consultants - PHDWin

Mereka mendisain 30 test cases untuk melihat berbagai aspek keekonomian, seperti: Discounting, Managerial Indicators (IRR, P:I), Escalation, Decline Curves, Multiple Rates of Return, Secondary Streams, Incremental Analysis, Reversions dan Overrides. Hasilnya: pertama, dari sisi terminologi, ternyata banyak sekali perbedaan istilah yang digunakan, jumlah hari dalam setahun asumsinya beda beda, timing of cash flow juga beda beda, singkat cerita, karena “unstated assumptions” itu maka timbulah perbedaan. Makanya, kalau kita nggak paham benar malah jadi bingung. Menggunakan istilah sendiri sendiri dalam basic economics terms itu tentu bikin orang jadi bingung, sehingga perlu standard supaya kalau ngomong sesuatu, “makhluk” yang dibayangkan tuh sama!.

Jadi, kalau beli commercial software itu ya ditanyain benar asumsinya kaya apa, apa keterbatasannya (jangan cerita yang bagus bagus aja), terminology economic terms dijelasin supaya nggak bingung, syukur syukur kalau pelayanan dari yang jual software juga bagus, clear lah kalau diminta menjelaskan. Temen saya pernah cerita pengalaman, dia beli software A, kebeneran si marketing-nya paham betul sama product-nya, sehingga enak penjelasannya, suatu saat pas dia ada pertanyaan mengenai software ini, dia contact lagi si marketer ini, eh jawabnya, “wah saya sudah nggak jual software A, sekarang saya di PT X yang jual software B, saya nggak tahu siapa yang ngurusin software A sekarang”, nah lho!

Kalau masalahnya nggak njelimet, proyek rutin dan nggak begitu banyak, mending bikin sendiri aja mas pakai excel, kecuali kalau Anda kerja di new ventures atau business development yang perlu nge –run economic banyak negara, misal: Afrika, Caspian Countries, Middle East, etc, mungkin Anda nggak punya waktu ngumpulin informasi mengenai terms & conditions petroleum fiscal masing masing negara, buat model economicsnya pula tentu perlu waktu lumayan, ya nggak sempat ngejer deadline manajemen dong, ya bolehlah pakai commercial software… cuma jangan lupa, rajin nanya!. Emang sich, kalau perusahaan gede, biasanya nggak boleh bikin bikin sendiri, pakai yang sudah disediakan biar konsisten dengan yang dipakai worldwide!