Thursday, October 26, 2006

Indonesian Production Sharing Contract

Akhirnya kesampean juga pingin beli bukunya Pak TN Machmud, "Indonesian Production Sharing Contract - An Investor's Perspective". Pesen lewat Amazon yang di UK harganya 59 poundsterling, sama biaya kirim dan VAT jatuhnya 70 pound. Nggak tahu kalau beli di toko buku di Jakarta, berapa harganya ya?, dulu pernah sempat ngecek tapi nggak ketemu.


Buku ini cukup lengkap cerita mengenai PSC di Indonesia, termasuk beberapa analisa mengenai term yang ada dalam PSC. Ternyata walaupun judulnya Indonesian PSC, didalamnya meng-cover juga PSC Malaysia dan PSC China, sebagai bahan perbandingan.

Karena sub-judulnya ada: "an investor's perspective", kemudian dibahas juga masalah masalah dalam implementasinya dari sudut pandang investor. Sebagai bekas boss ARII dulu, beliau tentu banyak makan asam garamnya dalam kaitannya dengan pelaksanaan PSC ini.

Karena buku ini keluaran tahun 2000, jadi belum mengcover era UU migas baru yang dikeluarin tahun 2001. Begitu juga dengan beberapa perkembangan PSC di Malaysia yang lebih baru - belum masuk. Namun demikian sebagai referensi bagi yang berminat mendalami PSC Indonesia, saya kira wajib memiliki buku ini, sayangnya buat ukuran kita, harganya relatif mahal euy...

Ada kabar gembira, rupanya Pak Madjedi Hasan (beliau ini tokoh senior perminyakan, akademisi dan praktisi) telah mengeluarkan buku juga mengenai PSC Indonesia. Kabar gembiranya ternyata beliau mau ngirimin saya buku barunya tersebut, pucuk dicinta ulam tiba.

Ceritanya gini, sekitar awal puasa kemaren ada rekan migas yang berkunjung kekantor sini untuk diskusi mengenai fiscal system, ini ada kaitannya dengan rencana pemerintah untuk mengkaji kontrak selain PSC. Pada kesempatan itu rekan migas menyampaikan kalau mereka minta bantuan Pak Madjedi. Saya langsung ingat beliau, dan berpesan nanti kalau ketemu tolong sampaikan salam dan alamat email saya. Minggu lalu saya terima email dari beliau, senang bisa diskusi lagi dengan tokoh senior.

Friday, October 20, 2006

Libya - 3rd round bidding for EPSA

NOC Libya pasang iklan gede di mingguan Upstream (25 Agustus 2006) berupa undangan buat semua perusahaan minyak internasional (IOC) untuk berpartisipasi di putaran 3 EPSA. Putaran ketiga ini ditunggu oleh banyak IOC, seperti halnya putaran 1 dan 2 sebelumnya, lihat posting sebelumnya.

Libya memang jadi sasaran IOC karena prospectivitynya tinggi, cadangan minyaknya (proven reserves) mencapai 39 milyar barel. Wou.!
Libya aktif mengundang investor dalam rangka mengejar target produksi mereka yang diharapkan mencapai 3 juta per hari pada akhir dasawarsa ini, saat ini produksi mereka sekitar 1.8 juta barel per hari.

Dengan prospectivity yang tinggi, banyak yang bilang persaingan IOC akan alot, ada yang bilang fiscal terms di Libya ini termasuk sangat ketat. Menarik mengutip pernyataan Dr. Shokri Ghanem (kita singkat SG - orang nomor satu untuk urusan minyak Libya - beliau ini ternyata alumni OPEC juga, dia pernah kerja buat OPEC secretariat di Vienna akhir tahun 90-an), simak kutipannya wawancaranya dengan PIW, September 25, 2006.

PIW: “Libya is something of a darling of the IOCs right now but they say the terms you are negotiating are very demanding. So how do you see relations developing between the IOCs and countries like Libya that have the big reserves?”

SG: “We didn’t negotiate very tough terms. We did not dictate anything and left it to the oil companies to bid and compete. To tell you the truth, we were nicely surprised in the first and second license rounds to see that in the production split the companies offered us excellent terms, better than what we were expecting. It wasn’t we who decided. Some companies took blocks at a split of 93% to 7%”.

Dengan model competitive bidding, Libya memang tidak menetapkan berapa profit split-nya, silahkan IOC masukin sendiri berani menawar berapa, dari statemen SG diatas, kita tahu betapa IOC menganggap bahwa blok Libya ini sangat prospektif, dengan berani “berkorban” ngambil share yang begitu kecil.

Belajar dari pengalaman 2 putaran sebelumnya, untuk putaran 3 kali ini, penilaian tidak melulu dari profit split, tapi juga dari work commitment dan signature bonus sebagai faktor penentu. Dengan demikian ikut model yang umum sebenarnya - yang biasa dipake worldwide, dimana masing masing faktor tersebut dikasih bobot, kemudian baru di ranking.

Yang menarik dari pengalaman putaran 1 & 2, banyak sekali pemain baru yang ikut dan menang, baik dalam konsorium maupun sebagai sole bidder (termasuk Medco dan Pertamina). SG juga bilang kalau mereka meng-encourage perusahaan kecil untuk ikut, biar pemainnya nggak yang itu itu aja. Mereka khan pernah pengalaman betapa nggak enaknya di embargo sama Amrik, jadi nggak baik tergantung sama beberapa gelintir negara saja. So, kita liat aja gimana nanti hasil putaran ketiga ini.

Wednesday, October 18, 2006

Menebak harga minyak

Pertanyaan: pekerjaan apa yang paling sia sia?, jawabnya: mem- forecast harga minyak, just joking, tapi joke ini asalnya dari kolega yang biasanya terlibat dalam memprediksi harga minyak.!.

Sebelum harga minyak drop sampai $20 per barel kemarin (terhitung Agustus 2006), memang mengejutkan sebagian orang, tapi bagi sebagian analyst yang terlibat hitung hitungan global oil supply demand, sebenarnya bukan hal yang begitu aneh. Why? Selama ini hitungan hitungan global supply demand udah pas, malah cenderung sedikit over supply, tapi kenyataannya harga minyak terus naik..., nah sekarang terjadi “arus balik”, kemaren pas harga minyak terus naik, orang bertanya: how high is too high?, sekarang pertanyaannya: how low can you go.?

Awal bulan September, waktu ikut Oxford Energy Seminar, ada 2 presentasi mengenai oil price, satu Arjun Murti dari Goldman Sachs satu lagi Ivo Bozon dari McKinsey. Prediksinya saling bertolak belakang, Arjun bilang harga minyak akan naik sampai 105 $/bbl, sementara si Ivo bilang, harga minyak akan turun jadi 35 $/bbl. Dua duanya pake hitungan hitungan supply demand tentunya.

Salah satu faktor non fundamental yang nggak boleh dilupakan adalah pembentukan persepsi. Persepsi ini ada value-nya, ketika harga minyak terus melonjak sementara supply demand cukup, apa penyebabnya?, ya macem macem: kapasitas kilang nggak cukup, level stok minyak di negara konsumen, spare capacity, geopolitik, spekulan bermain di futures market dan adanya ketakutan akan kekurangan supply – CERA (salah satu konsultan ternama) menggunakan istilah “fear factor”, perasaan was was ini tentu ada ongkosnya (cost of fear). Jadi ketika harga minyak drop sebesar 20 $/bbl dalam waktu hanya 2 bulan, bisa jadi itulah cost of fear!.

Mari kita lihat supply demand, perkiraan untuk 2007, supply dari Non OPEC akan meningkat 1.6 juta barel per hari (estimasi CERA) atau 1.8 juta barel per hari (estimasi OPEC), sementara demand diperkirakan naik 1 – 1.3 juta barel per hari, jadi market pada dasarnya akan sedikit over supply. Implikasinya? ceteris paribus harga minyak akan turun, pertanyaan berikutnya, turun sampai berapa? Apakah kalau OPEC potong produksi harga minyak akan tertahan turunnya?, wallahuallam!.

Kalau kita ambil rata rata prediksi orang yang kerjaannya sia sia tadi he he, maka ekspektasi pasar (katanya) sekitar 50 – 55 $/bbl, dibawah 45 $/bbl akan menyulitkan projek projek yang berada didaerah sulit, mereka berkepentingan dengan harga minyak yang tinggi untuk dapet return yang memadai. Sebenarnya berapa sich harga minyak yang dianggap pas? “You will know it if you see it...” (ini jawabnya sekjen OPEC ketika ditanya wartawan berapa harga yang dianggap fair).

So, berapa harga minyak nanti?, biarkanlah orang orang itu melanjutkan pekerjaan sia sia-nya. he..he.

Wednesday, October 11, 2006

The Age Of Oil

Tanggal 3 oktober 2006 di kantor ada presentasi dari Leonardo Maugeri, dia ini Sr. VP di perusahaan minyak Itali ENI, yang menarik di undangan disebutkan bahwa beliau ini pengarang buku yang baru saja diterbitkan (2006), judulnya, "the age of oil - the mythology, history and future of the world's most controversial resources". Pas saya dateng, ternyata bukan berupa presentasi yang model pake slide, formatnya model diskusi dan tanya jawab mengenai isu isu yang terkait dengan oil ini.

Diskusi cukup menarik, karena ternyata si Leonardo ini termasuk aliran yang positif mengenai masa depan industri minyak khususnya. Emang ada yang aliran negatif?, maksudnya gini, istilah pandangan positif atau negatif ini muncul ketika membicarakan "peak oil", sebenarnya istilah ini sudah lama dikenal, peak oil maksudnya maksimum laju produksi, jadi kalau kita plot, laju produksi suatu sumur atau lapangan, maka teorinya - akan mencapai peak kemudian plateau dan selanjutnya decline. Kalau mau lihat produksi negara, ya diplot total produksi dari negara tersebut, kalau dunia, ya total produksi dunia. Nah kapan peak oil? udah lewat, bentar lagi atau masih lama?, kalau yang aliran negatif menyatakan bawa peak oil udah lewat, yang positif belum, masih lama, ada yang lebih ekstrim lagi, yang menyatakan bahwa nggak ada teori peak oil, ini teori dibuat buat aja, karena tujuannya politis., nah lho !

Menarik membaca artikel Robert Mabro di Oxford Energy Comment - September 2006 yang berjudul: The peak oil theory, bahwa terlalu banyak penyederhanaan ketika orang bicara peak oil. Seperti diketahui, profil produksi dari suatu lapangan tidak melulu atau jarang mengikuti teori - plateau terus decline - ada juga yang naik langsung terjun bebas, ada juga yang naik, turun, ntar naik lagi, baru turun, ya begitulah, realitas seringkali jauh dari teori!. Belum lagi kalau kita bicara masalah reserves/resources, karena gimanapun production rate itu fungsi dari reserves (dan juga nantinya resouces ketika dia berubah menjadi reserves).

Sebenarnya peak oil theory ini jadi mengingatkan saya ketika orang bertanya kapan minyak habis?, tahun 1970-an, banyak yang bilang minyak indonesia habis 30 tahun lagi, sekarang udah tahun 2006, masih produksi sekitar 1 juta barel per hari, lha kapan habis? ya nggak ada yang tahu, ini sama kaya kita ngomong kematian, setiap orang pasti mati, kapan? ya nggak tahu!. Karena banyak faktor lain, khususnya investasi, riset, teknologi, kalau investasi dikit ya mungkin emang bentar lagi, kalau investasi banyak ya masih lama!, belum lagi pengaruh teknologi, jadi?, not so easy..

Kalu dipikir pikir, ngomongin peak oil ini, lebih banyak unsur politis dan non-teknisnya, kalau ada yang bilang peak oil 40 tahun lagi terjadinya, tentu nggak menarik buat headline, tapi kalau dibilang peak oil tahun depan atau udah lewat, tentu menarik buat konsumsi pembaca. Nanti kalau nggak bener? ya tinggal diralat aja, peak oil tahun depannya lagi.. khan dari dulu juga gitu.

Kembali ke diskusi dengan Maugeri, menarik waktu sesi tanya jawabnya, sayang waktunya terbatas cuma 2.5 jam, setelah diskusi, saya pesen bukunya dia di Amazon yang di UK, kemaren bukunya nyampe, tebal juga 300-an halaman, lumayan buat referensi, cukup lengkap!. Bukan promosi lho, dibanding dengan buku yang saya beli sebelumnya lewat amazon juga ("A thousand barrel of second" oleh Peter Tertzakian - yang ternyata mengecewakan), buku doi ini lumayan oke.

Sunday, October 08, 2006

Iran mulai melirik PSC

Cukup menarik kalau membaca berita mingguan Upstream Vol 11 - 29 September 2006, di halaman depannya terpampang judul - Iran eyes PSAs, intinya pemerintahan Ahmadinejad mulai melirik PSA (Production Sharing Arrangement) atau istilah yang lebih kita kenal adalah PSC. Kenapa menarik? karena selama ini PSC merupakan barang haram disana.

Selama ini, pemerintah menggunakan model yang dikenal dengan Iran buyback model dalam rangka mengundang investor asing di sektor hulu migas, model ini masuk jenis service contract, karena kontractor hanya memperoleh fee dan interest setelah menyelesaikan kewajibannya, selanjutnya proyek tersebut diserahkan ke NIOC (Pertamina-nya Iran) untuk di operasikan. Secara ekonomis tentu model ini tidak terlalu menarik bagi IOC, cuma kita tahu Iran ini termasuk negara dengan cadangan terbesar di dunia, jadi resiko resiko kegagalan eksplorasi tentu sangat minimal, resiko disini melulu resiko teknis pengembangan lapangan.

Menurut berita upstream, proposal untuk PSC ini sedang didiskusikan, perlu dibuatkan undang undang baru dan persetujuan parlemen yang diperkirakan akan memakan waktu satu tahun sebelum diskusi detail proyek dapat dilakukan. Untuk tahap pertama program PSC ini akan dilakukan untuk blok blok yang berlokasi di perbatasan, misalnya perbatasan dengan Oman, UAE, Qatar, Saudi Arabia, Kuwait dan Iraq.

Buat IOC tentu ini berita baik, seperti kita ketahui, booking reserves adalah hal yang penting buat IOC, sementara booking reserves umumnya tidak bisa dilakukan dengan model service contract, sehingga menggunakan model PSC adalah salah satu pilihan yang tepat. Kita tunggu saja bagaimana fiscal terms dari PSC Iran ini nantinya, sebagai negara yang punya cadangan gede, high propspectivity, kita bisa memperkirakan bahwa fiscal termsnya nanti akan cukup "ketat" dibanding dengan fiscal terms negara lain, artinya Government Take-nya pasti mintanya gede, masuk akal dong ya...