Pertanyaan: pekerjaan apa yang paling sia sia?, jawabnya: mem- forecast harga minyak, just joking, tapi joke ini asalnya dari kolega yang biasanya terlibat dalam memprediksi harga minyak.!.
Sebelum harga minyak drop sampai $20 per barel kemarin (terhitung Agustus 2006), memang mengejutkan sebagian orang, tapi bagi sebagian analyst yang terlibat hitung hitungan global oil supply demand, sebenarnya bukan hal yang begitu aneh. Why? Selama ini hitungan hitungan global supply demand udah pas, malah cenderung sedikit over supply, tapi kenyataannya harga minyak terus naik..., nah sekarang terjadi “arus balik”, kemaren pas harga minyak terus naik, orang bertanya: how high is too high?, sekarang pertanyaannya: how low can you go.?
Awal bulan September, waktu ikut Oxford Energy Seminar, ada 2 presentasi mengenai oil price, satu Arjun Murti dari Goldman Sachs satu lagi Ivo Bozon dari McKinsey. Prediksinya saling bertolak belakang, Arjun bilang harga minyak akan naik sampai 105 $/bbl, sementara si Ivo bilang, harga minyak akan turun jadi 35 $/bbl. Dua duanya pake hitungan hitungan supply demand tentunya.
Salah satu faktor non fundamental yang nggak boleh dilupakan adalah pembentukan persepsi. Persepsi ini ada value-nya, ketika harga minyak terus melonjak sementara supply demand cukup, apa penyebabnya?, ya macem macem: kapasitas kilang nggak cukup, level stok minyak di negara konsumen, spare capacity, geopolitik, spekulan bermain di futures market dan adanya ketakutan akan kekurangan supply – CERA (salah satu konsultan ternama) menggunakan istilah “fear factor”, perasaan was was ini tentu ada ongkosnya (cost of fear). Jadi ketika harga minyak drop sebesar 20 $/bbl dalam waktu hanya 2 bulan, bisa jadi itulah cost of fear!.
Mari kita lihat supply demand, perkiraan untuk 2007, supply dari Non OPEC akan meningkat 1.6 juta barel per hari (estimasi CERA) atau 1.8 juta barel per hari (estimasi OPEC), sementara demand diperkirakan naik 1 – 1.3 juta barel per hari, jadi market pada dasarnya akan sedikit over supply. Implikasinya? ceteris paribus harga minyak akan turun, pertanyaan berikutnya, turun sampai berapa? Apakah kalau OPEC potong produksi harga minyak akan tertahan turunnya?, wallahuallam!.
Kalau kita ambil rata rata prediksi orang yang kerjaannya sia sia tadi he he, maka ekspektasi pasar (katanya) sekitar 50 – 55 $/bbl, dibawah 45 $/bbl akan menyulitkan projek projek yang berada didaerah sulit, mereka berkepentingan dengan harga minyak yang tinggi untuk dapet return yang memadai. Sebenarnya berapa sich harga minyak yang dianggap pas? “You will know it if you see it...” (ini jawabnya sekjen OPEC ketika ditanya wartawan berapa harga yang dianggap fair).
So, berapa harga minyak nanti?, biarkanlah orang orang itu melanjutkan pekerjaan sia sia-nya. he..he.
Sebelum harga minyak drop sampai $20 per barel kemarin (terhitung Agustus 2006), memang mengejutkan sebagian orang, tapi bagi sebagian analyst yang terlibat hitung hitungan global oil supply demand, sebenarnya bukan hal yang begitu aneh. Why? Selama ini hitungan hitungan global supply demand udah pas, malah cenderung sedikit over supply, tapi kenyataannya harga minyak terus naik..., nah sekarang terjadi “arus balik”, kemaren pas harga minyak terus naik, orang bertanya: how high is too high?, sekarang pertanyaannya: how low can you go.?
Awal bulan September, waktu ikut Oxford Energy Seminar, ada 2 presentasi mengenai oil price, satu Arjun Murti dari Goldman Sachs satu lagi Ivo Bozon dari McKinsey. Prediksinya saling bertolak belakang, Arjun bilang harga minyak akan naik sampai 105 $/bbl, sementara si Ivo bilang, harga minyak akan turun jadi 35 $/bbl. Dua duanya pake hitungan hitungan supply demand tentunya.
Salah satu faktor non fundamental yang nggak boleh dilupakan adalah pembentukan persepsi. Persepsi ini ada value-nya, ketika harga minyak terus melonjak sementara supply demand cukup, apa penyebabnya?, ya macem macem: kapasitas kilang nggak cukup, level stok minyak di negara konsumen, spare capacity, geopolitik, spekulan bermain di futures market dan adanya ketakutan akan kekurangan supply – CERA (salah satu konsultan ternama) menggunakan istilah “fear factor”, perasaan was was ini tentu ada ongkosnya (cost of fear). Jadi ketika harga minyak drop sebesar 20 $/bbl dalam waktu hanya 2 bulan, bisa jadi itulah cost of fear!.
Mari kita lihat supply demand, perkiraan untuk 2007, supply dari Non OPEC akan meningkat 1.6 juta barel per hari (estimasi CERA) atau 1.8 juta barel per hari (estimasi OPEC), sementara demand diperkirakan naik 1 – 1.3 juta barel per hari, jadi market pada dasarnya akan sedikit over supply. Implikasinya? ceteris paribus harga minyak akan turun, pertanyaan berikutnya, turun sampai berapa? Apakah kalau OPEC potong produksi harga minyak akan tertahan turunnya?, wallahuallam!.
Kalau kita ambil rata rata prediksi orang yang kerjaannya sia sia tadi he he, maka ekspektasi pasar (katanya) sekitar 50 – 55 $/bbl, dibawah 45 $/bbl akan menyulitkan projek projek yang berada didaerah sulit, mereka berkepentingan dengan harga minyak yang tinggi untuk dapet return yang memadai. Sebenarnya berapa sich harga minyak yang dianggap pas? “You will know it if you see it...” (ini jawabnya sekjen OPEC ketika ditanya wartawan berapa harga yang dianggap fair).
So, berapa harga minyak nanti?, biarkanlah orang orang itu melanjutkan pekerjaan sia sia-nya. he..he.
No comments:
Post a Comment