Tuesday, November 24, 2009

Pertamina beli BP ONWJ

Ada kebanggaan ketika membaca di media bahwa Pertamina berhasil memenangkan tender kepemilikan (46%) BP di Offshore North West Java (ONWJ), walaupun kemudian timbul pertanyaan, kenapa suatu NOC harus berjuang keras di negara sendiri untuk mengais-ngais sisa ladang migas yang akan ditinggalkan IOC (BP). Menyimak proses pelepasan interest BP di blok ONWJ , terlihat sama sekali tidak ada “intervensi” dari pemerintah. Di mancanegara, intervensi pemerintah untuk mendahulukan kepentingan nasional merupakan praktek yang lazim, kita bisa menyaksikan bagaimana pemerintah AS campur tangan ketika Chevron (AS) dan CNOOC (China) berebut asset Unocal (AS) yang akan di jual. Dan kita tahu akhirnya perusahaaan China tersebut harus gigit jari..

Menurut info kolega yang bekerja di sektor migas, kontrak perpanjangan BP ONWJ adalah 18.01.1996 selama 20 tahun, dengan demikian akan berakhir 17.01.2016. Terlepas dari jumlah yang dibayar merupakan hasil tender, namun dengan harga transaksi sekitar 280 MM$ tersebut merupakan biaya yang sangat mahal yang harus dikeluarkan Pertamina.

Dalam kasus ini kenapa Pemerintah tidak melakukan sedikit “intervensi“, mengingat kontrak blok ONWJ akan berakhir 6-7 tahun lagi, pemerintah bisa saja mengirimkan sinyal ke pasar bahwa kontrak ini kelak tidak akan diperpanjang. Dengan adanya sinyal ini, saya kira investor lain akan kurang berminat, konsekuensinya posisi tawar menawar BP akan turun, akibatnya Pertamina tidak perlu merasa harus mengalahkan pesaing (investor lain) dengan membayar harga yang terlalu mahal. Dalam kondisi paling buruk pun, seandainya BP memilih untuk bertahan sampai akhir kontrak, Pertamina dapat mengalokasikan dana tersebut untuk proyek lainnya sambil bersiap mengambil alih kontrak blok ONWJ yang tidak akan lama lagi berakhir..

6 comments:

Anonymous said...

Menurut saya, seharusnya yg proaktif dg strategi seperti ini seharusnya Pertamina. Terlalu naif utk megharapkan tindakan pro-aktif dari Pemerintah (yg memang lamban berpikir & bereaksi).

Pertamina-lah sbg badan usaha yg harus aktif meminta dukungan Pemerintah untuk "memberikan jaminan kontrak akan diberikan ke Pertamina" dan "sinyal ke publik" bhw PSC tidak akan diperpanjang. Pemerintah, krn anda pernah bekerja & menjadi bagian dari-nya, tidak akan pernah bisa diharapkan utk bertindak proaktif seperti yg anda tulis. Sebagai badan usaha, Pertamina lah yg seharusnya bergerak lincah & 'memanfaatkan' statusnya sbg badan usaha negara.
Yg terjadi adalah, Pertamina jalan sendiri, dan dg bangganya ikut berpartisipasi dlm bid yg dilaksanakan BP (pdhl harga yg diperoleh seharusnya bisa lebih murah), sementara Pemerintah, sbg Dewan Komisaris di Pertamina yg seharusnya aware dg transaksi itu, juga tidak bereaksi cerdas, seperti yg anda harapkan. Semoga pendapat saya tidak benar. Thanks.

Benny Lubiantara said...

Idealnya sich dua duanya, memberikan sinyal ke pasar itu porsi pemerintah, ini bukan yang sulit (kalau tahu dan mau), proa-aktif porsi pertamina.

Terkadang kita terlalu sibuk mengobati gejala, tapi nggak paham apa penyakitnya (produksi turun, ribut cost recovery, etc), itu sebenarnya "gejala", bukan penyakit. Akhirnya pingin ganti obat terus, tapi apa penyakitnya malah nggak paham, muter aja terus cari resep baru he he..

Anonymous said...

Mas Benny,

Diawal awal dulu saya belajar PSC, saya diajari bahwa sistem PSC ini sebetulnya adalah sebagai transfer of knowledge dari perusahaan asing ke perusahaan indonesia (dalam hal ini Pertamina). Sehingga nantinya pada saat suatu kontrak PSC berakhir, orang indonesia sudah bisa mengoperasikan sendiri ladang ladang minyak dan gas-nya.
Dengan kondisi saat ini yang sepertinya pemerintah akan memberikan prioritas kepada Pertamina, apakah kedepannya kemungkinan sebagian besar PSC di indonesia akan dipegang oleh Pertamina? Kecuali pemerintah indonesia ditekan oleh pemerintah lain (seperti hal-nya terjadi di Cepu), sepertinya dengan gagasan PSC sebagai "transfer knowledge dan technology" dan prioritas pemerintah ke State Oil Company, maka sepertinya akan tejadi hampir semua PSC akan dikuasai Pertamina. Dimana akhirnya pun, selain berimbas kepada keberadaan IOC (yang tidak didukung oleh governmentnya) sehingga harus angkat kaki dari indonesia, juga akan berimbas kepada "Indonesian Private Oil Company" (bila tidak punya cantolan politik). Artinya, Indonesian POC yang tidak mempunyai cantolan politik lama lama akan punah, karena semuanya diambil Pertamina.

Wahyu said...

Setuju bang Benny. Dengan sedikit sinyal dari pemerintah, sebenarnya bisa menurunkan acquisition cost dg signifikan. Apalagi sebenarnya sudah ada payung hukum untuk hal tersebut, jadi pemerintah nggak perlu khawatir.

Labih bagus lagi jika ada masa transisi, misalnya ada blok yg akan habis kontraknya 5 tahun lagi, sekarang Pertamina boleh farm-in 10%. Dengan janji nanti setelah blok tsb beralih ke Pertamina maka Pertamina akan farm-out x% ke ex-operator.

Erick said...

Salam Kenal Bang Beny,

Menurut hemat saya, hal ini merupakan implikasi (tambahan) dari UU Migas No.21 Tahun 2001, yang memisahkan Pertamina dengan BP Migas.. Semangat untuk lebih mem-profesional-kan Pertamina akhirnya bertabrakan dengan ego sektoral Pertamina vs BPMigas.

Mungkin abang lebih tau, saat ini seringkali Pertamina harus kehilangan kesempatan biding blok strategis di dalam negeri dikarenakan "kalah bersaing" dengan KPS dalam hal-hal kecil (signature bonus, dsb). Apabila tidak "dikawal" media massa, hampir saja Pertamina kehilangan kesempatan mendapatkan mayoritas participating interest pada perpanjangan kontrak PSC West Madura Offshore, padahal investasi disana sangat menguntungkan dan Sunk Cost-nya sudah terbayar lunas..

PT Dwipa Citraperkasa said...

“A leader in well testing and early production facilities for the oil & gas industry”

As a group company with world-class capabilities in well testing and fluid, our top priority is to offer the best service for business-based energy and resources in Indonesia. Dwipa Group was established as a company providing Non Destructive Testing for the oil and gas industry. We believe that through commitment, determination and passion for growth, opportunities are endless.