Friday, November 10, 2006

Oilfield Project Economics

Ini introduction - jadi buat yang sudah biasa run field economics, mungkin nggak banyak hal baru, tapi buat beginner dan intermediate (kaya kursus bahasa inggris ya) ini konsep yang penting dipahami. Di akhir kita singgung dikit hal hal cukup advanced.

Gambar-1 dibawah menunjukkan, apa apa yang kita perlukan untuk membuat perhitungan keekonomian. Pertama, tentu kita perlu data cadangan (recoverable reserves), yang penting lagi tentuya bagaimana cadangan ini di refleksikan menjadi profil produksi - kelihatannya gampang, tapi untuk keluar profil produksi yang optimal, ini hasil studi dan diskusi yang panjang para subsurface team (G&G, PE). Kedua, kita juga perlu tahu konsep desain fasilitas, karena biasanya ada beberapa opsi sehingga kita perlu membandingkan konsep mana yang paling optimal, disain fasilitas ini tentunya terkait dengan profil produksi, jumlah dan lokasi sumur, infrastruktur terdekat, terminal, etc.

So pasti kita perlu tahu biaya investasi, berapa yang masuk kategori capital dan non capital, karena yang capital nantinya harus di depresiasi. Kita juga perlu tahu biaya operasi (opex). Selanjutnya perlu asumsi harga minyak, bisa flat selama umur proyek, bisa juga berubah ubah tiap tahunnya sesuai hasil forecast internal. Akhirnya yang paling penting itu bagaimana fiscal / contract terms-nya. Yang paling bagus tuh ya baca sendiri kontraknya gimana, sehingga paham bener terms-nya. Baru setelah itu, kita buat spreadsheet model untuk menghitung parameter keekonomiannya, IRR, NPV etc.

Gambar-1

Gambar-2, anggap kita udah dapet profil produksi, kemudian informasi biaya biaya, harga minyak dan fiscal terms-nya (untuk kasus ini bukan kasus PSC Indonesia), ada beberapa penyederhanaan, depresiasi dianggap straight line selama 5 tahun, bonus dianggap nggak ada .

Gambar-2

Tahap berikutnya, buat spreadsheetnya seperti Gambar-3, sekaligus hitung parameter keekonomiannya, IRR untuk contoh kasus kita (ini IRR nya IOC). Asumsi: 4 tahun pertama eksplorasi, tahun 5-7 periode pengembangan termasuk pembuatan fasilitas produksi, tahun ke -8 baru on-production.

Gambar-3

Dari hasil spreadsheet, kita bisa analisa lebih jauh dengan membuat plot seperti Gambar-4,

Gambar-4

Contoh kita ini kasus yang ideal, dalam banyak kasus, yang warna biru (cost recovery) untuk beberapa tahun awal porsinya gede.

Beberapa yang perlu ditambahkan:

  • Biasanya dilakukan juga sensitivity analysis terhadap: harga minyak, cadangan, investment cost, apa lagi?
  • Untuk cadangan, ada istilah probabilistik dan deterministik, jadi perhitungan ekonomis bisa juga outputnya berupa probabilistik.
  • Dalam contoh diatas nggak ada bonus, kalau ada bonus tinggal masukin aja, bonus tentunya nggak bisa di cost recovery (non cost recovery) tapi umumnya "tax deductible" jadi dia bisa mengurangi taxable income.
  • Tax loss carry forward (TLCF) di contoh spreadsheet (Gambar-3) nggak ada, mestinya sich ada, artinya bila tahun berjalan masih minus, maka bisa di TLCF ke tahun berikutnya.

Tentunya model fiscal terms biasanya lebih kompleks, misalnya profit oil split-nya berupa sliding scale, tapi kalau dituangkan di excel, nggak masalah, apalagi temen temen yang excel nya lebih canggih, tinggal dipasang IF IF aja beres he he..!

Jadi run economics itu sebenarnya simpel aja, yang harus dipahami benar adalah bahwa ini kerjaan integrated team, si economic analyst harus ber-interaksi secara intens dengan team subsurface dan surface facilities untuk memperoleh opsi yang paling optimal, jadi bagusnya tahu dikit dikit-lah aspek teknisnya.

3 comments:

Anonymous said...

Eri Adrian wrote:

Mas Benny,
kalo merefer masalah minyak, saya tertarik utk
menanyakan ke mas Benny mengenai DMO. Terus terang,
saya salah satu yang against DMO itu diberlakukan
dalam kontrak PSC.

Menurut saya, dibandingkan dengan pemberlakukan DMO,
lebih baik dikenakan pajak lebih tinggi terhadap oil,
ato revisi bagi hasil antara pemerintah dan
kontraktor. Kenapa? Karena yang selama ini terjadi
adalah kontraktor berusaha bagaimanapun caranya untuk
membuat DMO tidak ter'trigger. Caranya macam2, ada
yang mengerem produksi minyaknya diakhir tahun atau
penggelembungan cost sehingga tidak ada oil profit
pada tahun itu. Dan saya mendapat berita (semoga saya
salah) kalau Gas DMO pun akan diberlakukan oleh
pemerintah.

Bagaimana pandangan mas Benny sendiri?

Ini jawaban saya:

Mas Eri,
Kalau saya jadi IOC, saya nggak terlalu worry mengenai
DMO, karena:

1. 60 bulan pertama contractor free (nggak kena
kewajiban DMO).
2. Kalau tahun berjalan masih tekor (ada cost yang
belum di recover), contractor juga nggak kena
kewajiban DMO.
3. Besarnya DMO = 25% x share split x production

Coba kita hitung:
Katakanlah tahun ini, produksi = 2 juta barel. Maka
DMO = 25% x 0.2678 x 2 juta = 134 ribu barel. Artinya
sebanyak 134 ribu barel ini akan kena DMO, jadi
dihargai cuma 15% dari oil price.

4. Secara umum, tidak ada manfaatnya buat contractor
mengerem produksi kalau cuma mau menghindari DMO.

Dalam perpektif HC, Saya pikir DMO tetap perlu.
Mungkin discount pricenya jangan ketinggian, 25%
misalnya instead of 15%, atau lebih.

DMO sama kaya corporate income tax dalam hal bahwa dua
dua nya progresif, artinya dikenakan kalau udah
untung, theoritically, it's fair.

mau ubah profit split?, malah yang rugi contractor
nanti, karena berlaku dari awal. Naikin tax? nggak ada
gunanya kalau angka keramat 85:15 tetap, karena
teorinya, tax dinaikin yang berubah cuma profit split
before tax, ujung2 nya, after tax (berapapun tax-nya),
akan kembali ke 85:15. contractor malah bisa untung,
karena dia seolah olah bayar tax lebih gede, dan bisa
dapet tax credit di home country-nya sana.

salam,

Anonymous said...

Salam kenal Mas Benni....

Makasih banget ya udah sharing knowledge di migas di sini. Saya sebagai new comer di migas bener2 ngerasa kebantu banget hehehe :-)
Apalagi bidang pekerjaan saya adalah meng-evaluasi investasi yang akan diajukan...

thanks bangettt

Benny Lubiantara said...

Salam kenal juga Mbak Dini,

Sebagai newcomer, belajar yang banyak ya he he. Let me know, kalau ada yang bisa dibantu,

Salam,