Lagi lagi bandingin PSC dengan R/T, anggap aja ini part II dari posting sebelumnya. Kalau ada yang nanya, apa beda utama model RT dengan PSC dari aspek finansial ekonominya? – maka jawabnya gampang: Cost Recovery Limit!
Kenapa? karena model kontrak R/T nggak pernah ada cost recovery limit, gambarannya gini, didalam model kontrak R/T, setelah IOC bayar royalti, sisa Gross Revenue (pada tahun tersebut) bisa dipake semuanya buat ngembaliin biaya yang telah dikeluarkan IOC tersebut. Sedangkan didalam (beberapa) model PSC, biasanya ada cost recovery limit (CRL), tapi ada juga yang nggak pake, kemungkinan2 di kontrak PSC- nya kira kira gini nih:
1. Ada royalty, ada cost recovery limit
2. Ada royalty, nggak ada cost recovery limit
3. Nggak ada royalty, ada cost recovery limit
4. Nggak ada royalty, nggak ada cost recovery limit
Sekedar mengingatkan bahwa, CRL (kita singkat aja ya, males nulis diulang ulang), adalah suatu mekanisme dimana IOC (company lah pokoknya, nggak harus IOC, bisa juga local company), dibatasi pengembalian biayanya sampai sekian persen dari Gross Revenue*) pada tahun berjalan (saya kasih note dikit karena bisa salah interpretasi).
*) yang umum: misalnya disebut CRL 80%, maka limitnya 80% dari Gross Revenue, ada juga (nggak banyak sich) yang mengartikan lain, jadi misalnya CRL 80%, sementara dikontrak ada juga Royalty (katakanlah 10%), maka CRL 80% ini dihitungnya dari Gross Revenue setelah dipotong Royalty. Yang mana yang bener? Yang bener liat dikontraknya, cuma yang umum yang case pertama.
Dari kemungkinan diatas, kemungkinan 1 dan 2 yang paling sering ditemui. Kemungkinan 3 ada tapi nggak banyak, kemungkinan 4, saya belum pernah liat, kalaupun ada jarang sekali, seandainyapun ada, biasanya prospectivitynya rendah, jadi Host Country (HC) nya agak royal sama IOC.
Kemungkinan 4 ini bisa membahayakan HC karena pada tahun tahun awal, udah jelas nggak dapet apa apa, alias bengong!. Semua Gross Revemue dipake buat bayarin cost. Kalau kejadiannya investasi mahal banget, produksi nggak begitu gede, harga minyak pas lagi rendah, ya udah wassalam, bakalan gigit jari terus si HC ini !.
Kalau kemungkinan 3, lumayan banyak, HC nggak mengenakan royalti, tapi tetap dapet jaminan share dari profit oil dengan adanya CRL ini. Jadi HC dijamin dapet share dari awal awal pengembangan.
Kemungkinan 2 ini kasusnya kita, tapi nggak sama persis, karena kalau di kasus PSC kita disebutnya FTP (First Tranch Petroleum) yang mana IOC tetap dapet bagian dari share split-nya, kalau royalty khan 100% masuk ke HC. Saya denger untuk model kontrak yang baru, FTP-nya 100% masuk ke RI, kalau gitu case-nya mungkin lebih baik disebut Royalty aja, karena pemahaman globalnya demikian.
Kemungkinan1 ini biasanya negara yang prospectivitynya tinggi, kaya beberapa negara Middle East dan Afrika, jadi mereka dapet jaminan dari awal pengembangan berupa royalty dan share profit oil.
Gimana sistem R/T, by denition, ya nggak ada CRL, udah pasti CRL = 100%, alias nggak pake dibatas batasin. Kalau suruh milih, IOC jelas lebih suka R/T ketimbang PSC.
Kenapa? karena model kontrak R/T nggak pernah ada cost recovery limit, gambarannya gini, didalam model kontrak R/T, setelah IOC bayar royalti, sisa Gross Revenue (pada tahun tersebut) bisa dipake semuanya buat ngembaliin biaya yang telah dikeluarkan IOC tersebut. Sedangkan didalam (beberapa) model PSC, biasanya ada cost recovery limit (CRL), tapi ada juga yang nggak pake, kemungkinan2 di kontrak PSC- nya kira kira gini nih:
1. Ada royalty, ada cost recovery limit
2. Ada royalty, nggak ada cost recovery limit
3. Nggak ada royalty, ada cost recovery limit
4. Nggak ada royalty, nggak ada cost recovery limit
Sekedar mengingatkan bahwa, CRL (kita singkat aja ya, males nulis diulang ulang), adalah suatu mekanisme dimana IOC (company lah pokoknya, nggak harus IOC, bisa juga local company), dibatasi pengembalian biayanya sampai sekian persen dari Gross Revenue*) pada tahun berjalan (saya kasih note dikit karena bisa salah interpretasi).
*) yang umum: misalnya disebut CRL 80%, maka limitnya 80% dari Gross Revenue, ada juga (nggak banyak sich) yang mengartikan lain, jadi misalnya CRL 80%, sementara dikontrak ada juga Royalty (katakanlah 10%), maka CRL 80% ini dihitungnya dari Gross Revenue setelah dipotong Royalty. Yang mana yang bener? Yang bener liat dikontraknya, cuma yang umum yang case pertama.
Dari kemungkinan diatas, kemungkinan 1 dan 2 yang paling sering ditemui. Kemungkinan 3 ada tapi nggak banyak, kemungkinan 4, saya belum pernah liat, kalaupun ada jarang sekali, seandainyapun ada, biasanya prospectivitynya rendah, jadi Host Country (HC) nya agak royal sama IOC.
Kemungkinan 4 ini bisa membahayakan HC karena pada tahun tahun awal, udah jelas nggak dapet apa apa, alias bengong!. Semua Gross Revemue dipake buat bayarin cost. Kalau kejadiannya investasi mahal banget, produksi nggak begitu gede, harga minyak pas lagi rendah, ya udah wassalam, bakalan gigit jari terus si HC ini !.
Kalau kemungkinan 3, lumayan banyak, HC nggak mengenakan royalti, tapi tetap dapet jaminan share dari profit oil dengan adanya CRL ini. Jadi HC dijamin dapet share dari awal awal pengembangan.
Kemungkinan 2 ini kasusnya kita, tapi nggak sama persis, karena kalau di kasus PSC kita disebutnya FTP (First Tranch Petroleum) yang mana IOC tetap dapet bagian dari share split-nya, kalau royalty khan 100% masuk ke HC. Saya denger untuk model kontrak yang baru, FTP-nya 100% masuk ke RI, kalau gitu case-nya mungkin lebih baik disebut Royalty aja, karena pemahaman globalnya demikian.
Kemungkinan1 ini biasanya negara yang prospectivitynya tinggi, kaya beberapa negara Middle East dan Afrika, jadi mereka dapet jaminan dari awal pengembangan berupa royalty dan share profit oil.
Gimana sistem R/T, by denition, ya nggak ada CRL, udah pasti CRL = 100%, alias nggak pake dibatas batasin. Kalau suruh milih, IOC jelas lebih suka R/T ketimbang PSC.
1 comment:
Nice info! thanks for sharing.
Pkr7club
POKERBULLS
Kasir4D
Poker7club
JUMPAPOKER
PeluangPoker
LEXISPOKER
DNDPOKER
DNAPOKER
METEORQQ
Post a Comment