Saturday, May 24, 2008

Siapa yang menyebabkan naiknya harga komoditas?

Tanggal 20 Mei 2008, U.S. Senate Committee on Homeland Security and Governmental Affairs mengadakan hearing dengan tajuk: Financial Speculation in Commodity Markets; Are Institutional Investors and Hedge Funds Contributing to Food and Enegrgy Price Inflation?

Salah satu yang memberikan testimoni adalah Michael W. Masters, pakar dan praktisi portofolio & capital management, Masters’ testimony menjadi pembicaraan hangat karena secara meyakinkan menunjuk hidung bawa “Institutional Investors” (Corporate and Government Pension Funds, Sovereign Wealth Funds, University Endowments and other Institutional Investors) adalah penyebab utama kenaikan komoditas belakangan ini.

Selama ini sudah banyak pihak menenggarai bahwa “spekulasi” sebagai salah satu biang utama kenaikan harga komoditas secara dramatis, testimony Masters menunjukkan “temuan baru” yang membuat banyak pihak (paling tidak senat US) untuk secara serius mengatur kembali mekanisme perdagangan di bursa komoditas berjangka ini.

Masters berangkat dari kenyataan bahwa melonjaknya harga komoditas 5 tahun terakhir berbeda dengan era sebelumnya, dimana lonjakan harga komoditas terjadi karena krisis pasokan, seperti yang terjadi tahun 1973 karena ada embargo minyak. Apa yang terjadi saat ini berbeda, nggak ada antrian di pom bensin, stock minyak cukup, bahan makanan tersedia banyak, tapi kenapa harga kok terus bergerak naik?. Bagaimana menerangkan 12 bulan terakhir harga minyak naik hampir dua kali lipat?.

Testimoni Masters paling tidak meringankan beban perusahaan minyak, perusahaan penunjang dan negara produsen, yang selama ini jadi kambing hitam, padahal sebenarnya mereka juga terbengong bengong dengan pergerakan harga minyak. Masters tidak hanya meng-cover sektor energi, tapi semua komoditas termasuk agricultural dan metal.

Apa yang membuat testimoni Master jadi heboh?

Pertama, Masters punya latar belakang sebagai pemain dan paham seluk beluk perdagangan komoditas berjangka, dalam testimoni dia mengaku sudah tidak telibat lagi dalam perdagangan komoditas berjangka, berbicara dengan kapasitas sebagai rakyat yang merasa concern dan tergerak untuk memberikan masukan terhadap situasi yang diyakini akan secara negatif berpengaruh terhadap ekonomi (US). Ada statemet menarik dari dia yang berbunyi: while some in my profession might be disappointed that I am presenting this testimony to Congress, I feel that it is the right thing to do… Ibaratnya: “kalau mau nangkap copet, suruh aja mantan copet..!”.

Kedua, “temuan baru” Masters sebenarnya sama sekali tidak menggunakan data data yang sifatnya rahasia, dia cuma mengutak ngatik data lama yang sudah tersedia, dan dikemas secara meyakinkan untuk membuat orang jadi kaget. Kenapa? Karena ekonom klasik sangat jarang atau mungkin tidak pernah menganalisa demand di futures market, sibuk berkutat dengan physical supply – demand.

Ketiga, Masters menuding instutional investor yang kemudian dia sebut mereka ini dengan Index Speculators, untuk membedakan dengan Traditional Speculators. Pembagian ini relatif jarang dikemukakan sebelumnya, ini termasuk salah satu “temuan baru”. Inti point2 penting yang saya kutip, sebagai berikut:

Traditional Speculators provide liquidity by both buying and selling futures. Index Speculators buy futures and then roll their positions by buying calendar spreads. They never sell. Therefore, they consume liquidity and provide zero benefit to the futures markets.

Index Speculator demand is distinctly different from Traditional Speculator demand; it arises purely from portfolio allocation decisions. When an Institutional Investor decides to allocate 2% to commodities futures, for example, they come to the market with a set amount of money. They are not concerned with the price per unit; they will buy as many futures contracts as they need, at whatever price is necessary, until all of their money has been “put to work”. Their insensitivity to price multiplies their impact on commodity markets.

One particularly troubling aspect of Index Speculator demand is that it actually increases the more prices increase. This explains the accelerating rate at which commodity futures prices (and actual commodity prices) are increasing. Rising prices attract more Index Speculators, whose tendency is to increase their allocation as prices rise. So their profit-motivated demand for futures is the inverse of what you would expect from price-sensitive consumer behavior.

It is easy to see now that traditional policy measures will not work to correct the problem created by Index Speculators, whose allocation decisions are made with little regard for the supply and demand fundamentals in the physical commodity markets. If OPEC supplies the markets with more oil, it will have little affect on Index Speculator demand for oil futures. If Americans reduce their demand through conservation measures like car pooling and using public transportation, it will have little affect on Institutional Investor demand for commodities futures
.

Tidak bisa dipungkiri juga kalau larinya investor ke bursa komoditi belakangan ini juga dipicu karena pelemahan nilai tukar USD. Implikasi dari kesaksian Masters ini cukup menyeramkan: ancaman krisis pangan dan energi global. Versi lengkap (Chart, Data dan Hitungan2) testimoni Masters dapat diunduh disini.

1 comment:

TechnologyMetallurgy said...

salam kenal pak benny,
saya manal musytaqo mahasiswa Universitas Pertahanan Indonesia Prodi energy security.
Makasih banyak atas tulisannya