Tuesday, June 05, 2007

Refinery Economics

Sebagai komoditi, minyak mentah (crude oil) berharga karena dapat diubah menjadi produk produk hasil kilang (refined products) yang bisa digunakan langsung oleh para konsumer termasuk kita kita ini. Harga suatu jenis minyak mentah pada dasarnya dipengaruhi oleh jenis atau komposisi produk hasil kilang yang akan diperoleh. Masing masing produk hasil kilang mempunyai pasar sendiri sendiri, sementara masing masing jenis crude menghasilkan bermacam macam jenis produk.

Supaya ada gambaran lebih jauh, kita sedikit masuk ke bagaimana prinsip kerja refinery. Pada dasarnya refinery ada 2 macem, pertama yang sederhana (simple refinery) kadang disebut juga “distillation”. Prosesnya sesuai namanya ya simpel aja, crude dipanaskan sampai 300 - 400 derajat Celcius, kemudian crude yang sudah dipanaskan tadi terpisah sesuai dengan “boiling point ranges”, mulai dari yang paling atas, produk dengan “boiling point” paling rendah (Gas, LPG) kemudian diikuti produk lain sesuai dengan kenaikan boiling point range-nya.

Jenis yang kedua adalah yang kompleks (complex refinery), pada dasarnya model komplek ini mempunyai “secondary process” ngelanjutin produk yang dihasilkan (upgrade) dari proses yang simple tadi, jadi ada “conversion unit”. Metodanya macem macem, ada hidrotreating, reforming, cracking (catalityc atau hydrocracking) dan yang paling canggih, yaitu: coking. Sementara ini yang penting tahu istilah aja, kalau mau detail proses kimianya, beli bukunya: handbook of petroleum refining processes (Robert Meyers).

Penggolongan simple dan kompleks dalam perjalanannya tidaklah eksak, distillation ditambah dengan secondary process, seperti reforming dan hydrotreating, sebagian menggolongkannya sebagai simple refinery juga. Simple refinery menghasilkan residu dalam jumlah besar, khususnya bila yang diproses itu jenis minyak berat (heavy crude). Sementara complex refinery, menghasilkan produk yang lebih ringan (light products) seperti gasoline dalam kuantitas yang lebih besar.

Supaya ada gambaran lebih jelas, bayangkan minyak mentah katakanlah jenis ringan, masuk ke refinery (simple dan complex), maka variasi produk hasil kilangnya kira kira seperti gambar dibawah. Jelas terlihat bahwa complex refinery akan menghasilkan light products yang lebih besar kuantitasnya.

Secara geographi, sebagian besar simple refinery berada di negara berkembang dan negara negara bekas uni soviet (FSU), hal ini karena permintaan terhadap light products relatif tidak besar dan residual fuel kebanyakan masih dapat dipakai untuk power generation. Sedangkan complext refinery kabanyakan berada di negara industri, sementara refinery yang paling kompleks alias canggih adanya di amrik sana. Hal ini tidak lain disebabkan permintaan light products (dalam hal ini gasoline) di amrik sana sangat tinggi dibanding negara lain. Pada saat ini beberapa negara berkembang khususnya negara penghasil minyak (Kuwait, Saudi Arabia, Venezuela), telah dan sedang melakukan investasi besar besaran untuk pembangunan complex refinery dalam rangka memberikan nilai tambah terhadap crude mereka

Mari sekarang kita diskusi aspek keekonomian kilang (refinery economics). Industri kilang tuh ribet, sebabnya antara lain: feedstock-nya macem macem, jenis prosesnya juga macem macem, output atau produknya sami mawon (maksudnya macem macem juga), kualitas produk demikian juga, dan (jangan dilupakan) sangat berorientasi ke pasar (market oriented). Salah satu aspek dalam refinery economics itu adalah istilah yang umum dipakai dan sangat dikenal, yaitu: Refining Margin (RM). RM ini mewakili monetary gain atau loss yang diakibatkan pilihan untuk memproses marginal atau incremental barrel dari minyak mentah yang dipilih oleh kilang tersebut untuk di proses (waduh jelek bahasa terjemahannya..), ini saya translate dari definisinya IEA. Aslinya gini: RM represent the monetary gain or loss associated with processing a marginal or incremental barrel of crude oil that a refiner might choose to process.

Maksudnya kira kira gini, misalnya untuk kilang di Singapore, RM untuk minyak mentah yang akan di proses beda beda, apakah itu minyak mentah: Minas, Tapis atau Dubai. Minas misalnya RM-nya lebih tinggi dibanding Tapis dan Dubai tersebut.

Bagaimana menghitung RM, lihat gambar berikut dulu:

Sebelum ngitung RM, kita hitung dulu apa yang disebut dengan Gross Product Worth (GPW), GPW ini tidak lain adalah rata rata tertimbang dari produk produk yang dihasilkan dari 1 barrel minyak mentah dikalikan dengan products spot price dari masing masing produk tersebut.

GPW = Yield (%) x Products Price Spot Market ($/bbl)

Netback = GPW – Refining Cost – Transportation Cost

Refining Margin = Netback – Crude Oil Price

RM merupakan indikator yang berguna bagi kilang untuk menaikkan atau menurunkan tingkat produksinya, atau dengan kata lain merupakan indikasi insentif bagi kilang untuk memproses lebih banyak crude (tertentu) menjadi produk, selain itu juga merupakan marketing tool bagi yang punya kilang dan pemilik crude.

Demikian dulu deh..!

4 comments:

Pankaj said...

Very useful information... do u have an English version?

MyMind So LoneLy said...

Bapak.. Saya Mahasiswa H.I FisiP UNHAS Makassar... sedang mennulis skripsi tentang "mekanisme kenaikan harga minyak dunia dan pengaruhnya terhadap Indonesia" ..
Mungkin Bapak bisa membantu, dan sharing informasi tentang perminyakan..terima kasih sebelumnya


Muhaimin Zulhair (mimin)
jul_indonesia@yahoo.com

Benny Lubiantara said...

Silahkan Bung Mimin,

Email saja ke blubiantara@yahoo.com
silahkan disampaikan apa yang bisa & perlu di share.

salam,
Benny

Benny Lubiantara said...

Dear Pankai,

For the time being, there is no english version, but you can simply copy paste the URL address to google translate.