Sunday, August 06, 2006

Konsep (R/C)-nya Malaysia

Model kontrak PSC Malaysia berevolusi juga mengikuti tuntutan perubahan, mulai dari PSC 1976, kemudian PSC 1985, Deepwater PSC dan Revenue over Cost (R/C), kecenderungan beberapa fiscal terms around the world yang mengarah ke profitability based (dibanding conventional based, spt fixed split maupun production based split) , maka R/C model Malaysia ini tak lain masuk golongan profitability based.

Mari kita kaji lebih lanjut model R/C Malaysia, yang tertarik detail bisa download presentasi dari Petronas pada seminar PPM/CCOP di Manila, 2005, disini nih.



Seperti kita lihat, R/C tidak lain adalah kumulatif Revenue dibagi dengan kumulatif Cost, Revenue disini adalah cash inflow contractor yang terdiri dari: cost oil dan profit oil. Dengan demikian bila R/C = 1, itu tak lain adalah undiscounted payback, karena cash inflow = cash outflow, jika ingin tahu discounted payback-nya, ya tinggal pake discounted cashflow, jatuhnya R/C sekitar 1.4 kalau menurut hitungan Petronas.

Pada posting sebelumnya kita banyak diskusi masalah progresif, maka sistem R/C Malaysia ini juga progresif dalam hal bahwa, makin profit suatu projek maka bagian pemerintah akan lebih gede, atau bisa juga dilihat sebaliknya, makin kurang profitnya, maka bagian contractor yang lebih gede. Kedua aspek ini ditunjukkan oleh adanya tranche (lebih dikenal dengan istilah sliding scale), artinya makin besar profit contractor yang dicerminkan oleh indeks (R/C), makin rendah cost tranche-nya, begitu juga dengan profit oil split, makin besar R/C, makin rendah profit oil split contractor.

Spirit dari sistem yang progresif tuh gini, pada saat produksi awal, cash flow contractor masih “jelek” karena perlu waktu buat balik modal dulu, untuk itu, contractor dapat “insentif”, pada kasus R/C Malaysia ini, insentifnya berupa cost tranche yang lebih tinggi dan profit oil split yang lebih tinggi. Makin profit si-contractor dengan berjalannya waktu, maka pada saat itu gantian, sudah sewajarnya negara (sebagai yang punya aset) menikmati keuntungan dengan proporsi yang lebih besar.

Apalagi yang menarik dari model R/C Malaysia ini?

Kalau kita lihat gambar diatas, ini salah satu inovasi model R/C ini, bahwa available unused cost dibagi lagi berdasarkan indeks R/C dimana porsi buat contractor lebih gede dibanding dengan contractor profit oil split, jadi ini semacam insentif buat contractor untuk melakukan cost saving, karena kalau nggak ada insentif ini, bisa bisa goldplating terjadi (masih inget goldplating khan? Ada di posting sebelumnya!).

Disamping itu, model R/C ini akan membuat contractor tidak sungkan melakukan investasi lagi, karena begitu mereka investasi lagi, indeks R/C akan turun, dengan demikian, tranch (sliding scale) untuk cost oil dan profit oil split-nya akan kembali meningkat buat contractor, boleh juga khan?

Sayang saya nggak tahu persis tranch atau sliding scale- nya berapa, kalau tahu khan bisa dihitung hitung kira kira GT nya berapa, saving indeks berapa, efektif royalty rate dan lain lain. Tetapi gimanapun, konsep ini suatu hal yang excelent, memasukkan berbagai macam perspektif. Mau niru? Why not. Dulu Malaysia belajar PSC sama kita, sekarang kreatif bikin yang kaya gini, kalau mau nyontek sich boleh boleh aja, cuma nyonteknya yang canggih, jangan nyalin doang, diubah sesuai kebutuhan, nggak melulu progresif pasti baik (lihat posting sebelumnya), ditambahin sana, dikurangin sini, jadi keluar inovasi yang baru juga..! Oke ?

No comments: