Beberapa posting saya sebelumnya banyak sekali menyinggung mengenai Government take (GT), yaitu persentase bagian pemerintah dari profit suatu lapangan/blok migas. GT ini penting sekali memang, makanya kita harus paham benar, namun demikian, GT banyak juga kelemahan, jadi, please handle with care!.
GT ini biasanya menjadi isu yang dipakai baik oleh negara (host country) maupun oleh Contractor (IOC), Contractor bisa saja complain ke host country, bilang, “Sir, ini fiscal terms negara Anda sudah nggak menarik lagi buat investor, tolong diperbaiki dong”, atau Contractor bilang: “tolong keluarin insentif baru dong, ini terms udah nggak menarik nih!”. Biasanya senjatanya Contractor itu nunjukin GT dari beberapa negara, “nih posisi negara Anda disini, GT nya udah ketinggian, negara lain jauh lebih menarik buat investasi”. Dari host country, tentu berargumen juga, ”wah terms kita ini masih oke kok, Anda jangan bandingin sama country X dong, disana prospectivity dibanding kita nggak ada apa apanya, makanya GT dia minta kecil kecil aja, lagian belum ada infrastruktur apa apa disana”. ya gitu dah, GT memang jadi supporting data untuk request something.
GT itu banyak juga mengandung kelemahan, pertama masalah front-end loading, lihat posting sebelumnya. GT bisa misleading, karena mengabaikan efek time value of money, kedua, GT tidak ada urusan dengan reserves recognition (untuk detail lihat posting sebelumnya dan yang lebih penting lagi GT tidak meng-cover hal hal seperti: work program, relinquishment, training, national employment, local content, HSE, community development dan legal aspects. Seperti kita ketahui, hal hal tersebut merupakan bagian yang penting dari pengembangan industri migas, justru efek “bola salju” ini implikasinya luar biasa.
Ambil contoh satu saja, national employment, hampir semua kontrak mencamtumkan provisi mengenai hal ini, malah beberapa negara sangat tegas, contohnya country X bunyinya (kira kira) gini: ..”the contractor shall employ “X” country nationals in all post for which they have necessary qualifications, and at least 50% of all professional management shall be held by X country nationals”.
Pengembangan SDM seperti ini diatur dalam hampir semua kontrak migas di dunia ini, bedanya ada negara yang serius dan konsekuen menerapkannya dan ada negara yang sebaliknya alias “atur-able”.. kita atur atur aja..!, karena terlalu sering “atur-able” ini, ya jadi seolah olah dianggap nggak ada !
Pengembangan SDM ini secara langsung nggak keliatan di GT, ini kita baru ngomong satu aspek, belum lagi local content, work program, community development dan training, ini juga nggak keliatan di GT. Jadi GT sebagai suatu ukuran, memang bukan segala galanya, Ada hal hal lain yang apabila kita seriusin mempunyai dampak yang luar biasa dari pengembangan industri migas ini… so? ya jangan terlalu ngotot sama GT.. misalkan nih si Contractor ngotot: “minta insentif dong, GT Anda ketinggian?”, si host country (kalau lagi pingin baik) bisa aja jawab: oke, cuma ada “take and give” dong, bagian bagian yang nggak dicover sama GT tadi, ya diseriusan, bilang sama Contractor, “Ente gua kasih insentif, tapi ente kurangi cost dong, nggak perlu sewa konsultan bule banyak banyak, community development ditingkatin, training, etc etc”.
Pasti ada yang protes, itu mah bukan “take and give” itu “take and take”, wong community development di cost recovery juga, wong training di cost recovery juga, wong HSE di cost recovery juga , wong.. ayo wong apa lagi?, wong kito ? he he..
Iya bener bung!, cuma ya nggak persis gitu sich, karena (kali ini) kita melihat sedikit makro–lah, efek bola salju dong, community development, itu ya cost recovery sich, cuma contractor sebenarnya nyumbang juga dari berkurangnya profit oil mereka, training juga gitu, jadi nyumbangnya “indirectly”, jangan galak galak dong, biar yang lain menikmati juga hasil dari industri migas, apalagi di kampung mereka, selama masih muter muter di tanah air, yo wis to.. masih saudara saudara kita juga,.. he he!! (yang dimaksud dengan saudara saudara kita disini, orang orang baik kaya kita kita lah he, bukan oknum konglomerat atau oknum pejabat, yang memanfaatkan untuk pribadi, kalau yang model gini, nggak masuk golongan saudara saudara kita ah.. malu.. biar Om KPK aja yang ngurusin mereka). Hal hal seperti ini tentunya nggak masuk dalam hitung hitungan di GT man! (oops, ini bukan merk kolor!).. chau!
GT ini biasanya menjadi isu yang dipakai baik oleh negara (host country) maupun oleh Contractor (IOC), Contractor bisa saja complain ke host country, bilang, “Sir, ini fiscal terms negara Anda sudah nggak menarik lagi buat investor, tolong diperbaiki dong”, atau Contractor bilang: “tolong keluarin insentif baru dong, ini terms udah nggak menarik nih!”. Biasanya senjatanya Contractor itu nunjukin GT dari beberapa negara, “nih posisi negara Anda disini, GT nya udah ketinggian, negara lain jauh lebih menarik buat investasi”. Dari host country, tentu berargumen juga, ”wah terms kita ini masih oke kok, Anda jangan bandingin sama country X dong, disana prospectivity dibanding kita nggak ada apa apanya, makanya GT dia minta kecil kecil aja, lagian belum ada infrastruktur apa apa disana”. ya gitu dah, GT memang jadi supporting data untuk request something.
GT itu banyak juga mengandung kelemahan, pertama masalah front-end loading, lihat posting sebelumnya. GT bisa misleading, karena mengabaikan efek time value of money, kedua, GT tidak ada urusan dengan reserves recognition (untuk detail lihat posting sebelumnya dan yang lebih penting lagi GT tidak meng-cover hal hal seperti: work program, relinquishment, training, national employment, local content, HSE, community development dan legal aspects. Seperti kita ketahui, hal hal tersebut merupakan bagian yang penting dari pengembangan industri migas, justru efek “bola salju” ini implikasinya luar biasa.
Ambil contoh satu saja, national employment, hampir semua kontrak mencamtumkan provisi mengenai hal ini, malah beberapa negara sangat tegas, contohnya country X bunyinya (kira kira) gini: ..”the contractor shall employ “X” country nationals in all post for which they have necessary qualifications, and at least 50% of all professional management shall be held by X country nationals”.
Pengembangan SDM seperti ini diatur dalam hampir semua kontrak migas di dunia ini, bedanya ada negara yang serius dan konsekuen menerapkannya dan ada negara yang sebaliknya alias “atur-able”.. kita atur atur aja..!, karena terlalu sering “atur-able” ini, ya jadi seolah olah dianggap nggak ada !
Pengembangan SDM ini secara langsung nggak keliatan di GT, ini kita baru ngomong satu aspek, belum lagi local content, work program, community development dan training, ini juga nggak keliatan di GT. Jadi GT sebagai suatu ukuran, memang bukan segala galanya, Ada hal hal lain yang apabila kita seriusin mempunyai dampak yang luar biasa dari pengembangan industri migas ini… so? ya jangan terlalu ngotot sama GT.. misalkan nih si Contractor ngotot: “minta insentif dong, GT Anda ketinggian?”, si host country (kalau lagi pingin baik) bisa aja jawab: oke, cuma ada “take and give” dong, bagian bagian yang nggak dicover sama GT tadi, ya diseriusan, bilang sama Contractor, “Ente gua kasih insentif, tapi ente kurangi cost dong, nggak perlu sewa konsultan bule banyak banyak, community development ditingkatin, training, etc etc”.
Pasti ada yang protes, itu mah bukan “take and give” itu “take and take”, wong community development di cost recovery juga, wong training di cost recovery juga, wong HSE di cost recovery juga , wong.. ayo wong apa lagi?, wong kito ? he he..
Iya bener bung!, cuma ya nggak persis gitu sich, karena (kali ini) kita melihat sedikit makro–lah, efek bola salju dong, community development, itu ya cost recovery sich, cuma contractor sebenarnya nyumbang juga dari berkurangnya profit oil mereka, training juga gitu, jadi nyumbangnya “indirectly”, jangan galak galak dong, biar yang lain menikmati juga hasil dari industri migas, apalagi di kampung mereka, selama masih muter muter di tanah air, yo wis to.. masih saudara saudara kita juga,.. he he!! (yang dimaksud dengan saudara saudara kita disini, orang orang baik kaya kita kita lah he, bukan oknum konglomerat atau oknum pejabat, yang memanfaatkan untuk pribadi, kalau yang model gini, nggak masuk golongan saudara saudara kita ah.. malu.. biar Om KPK aja yang ngurusin mereka). Hal hal seperti ini tentunya nggak masuk dalam hitung hitungan di GT man! (oops, ini bukan merk kolor!).. chau!
No comments:
Post a Comment